Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Sahban Simanjuntak

Mahasiswa UNIDA Gontor

Desa Gelang Kulon: Tradisi Megengan Menyambut Ramadhan dengan Penuh Kegembiraan

Diperbarui: 11 Maret 2024   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi Megengan di Desa Gelangkulon (Dokpri)

Di tengah-tengah keheningan sore yang mendamaikan, warga Desa Gelang Kulon bersiap menyambut bulan suci Ramadhan dengan sebuah tradisi yang telah lama diwariskan, Megengan. Tradisi ini bukan hanya sekedar ritual, melainkan sebuah ekspresi dari kegembiraan dan persiapan spiritual yang mendalam.

Megengan, yang berarti menahan diri dalam bahasa Jawa, adalah simbol dari apa yang akan dijalani umat Islam selama bulan Ramadhan: puasa. Tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menahan diri dari perbuatan yang dapat mengurangi kekhusyukan ibadah. Ini adalah waktu untuk introspeksi dan memperkuat iman.

Pada hari Minggu, 10 Maret 2024, suasana di Desa Gelang Kulon berubah menjadi semarak. Warga dari berbagai penjuru desa berbondong-bondong membawa ambengan—sejenis makanan tradisional—ke langgar dan masjid. Mereka berkumpul, bukan hanya untuk berdoa bersama, tetapi juga untuk merajut kebersamaan dan mempererat tali silaturahmi.

Acara ini dimulai dengan sambutan hangat dari kepala desa dan kepala RT, yang memberikan kata-kata bijak dan nasehat untuk menyongsong bulan yang penuh berkah ini. Kemudian, dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa, diikuti dengan pembacaan Tahlil yang melantun syahdu, menggema di seluruh penjuru desa.

Sebagai puncak acara, warga Desa Gelang Kulon duduk bersila, berbagi ambengan yang telah mereka bawa. Tawa dan cerita pun berbaur, menciptakan momen yang tak terlupakan. Tradisi Megengan ini tidak hanya mengingatkan akan kedatangan bulan Ramadhan, tetapi juga menjadi momen untuk mengapresiasi nilai-nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang menjadi inti dari masyarakat Desa Gelang Kulon.

Dengan tradisi Megengan ini, Desa Gelang Kulon telah menunjukkan bahwa persiapan menyambut bulan suci tidak hanya sebatas pada aspek fisik, tetapi juga peningkatan spiritual dan keharmonisan sosial. Ini adalah cerminan dari kekayaan budaya dan kearifan lokal yang terus dipelihara dari generasi ke generasi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline