Kualitas personal dan kematangan emosional seseorang ditentukan antara lain oleh sikap:
1. Menerima kemenangan dengan "rendah hati"; dan/atau
2. Menerima kekalahan dengan "besar hati."
Banyak kasus dalam sejarah umum ataupun sejarah Islam, yang mengajarkan: kalah dan kecewa sering menjadi awal bagi yang kalah untuk berkontribusi positif bagi kemanusiaan. Sebaliknya, menang dan gembira kadang justru menjadi awal bagi yang menang untuk berkontribusi negatif bagi kemanusiaan.
Intinya, sedih dan kecewa karena kalah bukanlah kiamat; gembira dan senang karena menang bukanlah surga. Karena pada hakikatnya, kekalahan dan kemenangan adalah ujian dan tantangan baru dengan karakternya masing-masing.
Dan tak banyak orang yang lulus mengalami kekalahan; persis seperti banyak orang yang juga tak lulus mengalami kemenangan. Padahal tiap kemenangan dan/atau kekalahan selalu punya sisi yang lain.
Apapun itu, perlu juga mengingat bahwa adalah fair dan normal: jangan berharap dan meminta pemenang untuk bersedih; jangan pula berharap dan meminta yang kalah untuk bergembira.
Syarifuddin Abdullah | 19 April 2019/ 13 Sya'ban 1440H
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI