Lazimnya, kebanyakan orang bisa gagal paham atau gagal menjadi pintar. Yang repot dimengerti bila ada orang yang gagal menjadi bodoh. Dan jika menjadi bodoh saja, seseorang bisa gagal, dapat dibayangkan betapa sulitnya menjadi pintar dan cerdas.
Ketika pertama kali membaca prasa di judul itu, terus terang saya pun ikut bingung. Berkali-kali saya coba membaca contohnya, tapi gak nyambung-nyambung. “Menjadi bodoh pun bisa gagal”. Piye carane? Kemudian saya meyakinkan diri telah memahaminya, meski tetap kerepotan menjelaskannya.
Prasa gagal menjadi bodoh mungkin sama dengan makna ungkapan Arab: jahlun murakkab (جَهْلٌ مُرَكَّب), yang bisa diterjemahkan menjadi “kebodohan ganda” atau “kebodohan yang berlapis-lapis”.
Misalnya, ketika seseorang memaksakan diri menyalahkan sesuatu, dengan alasan yang tidak ada korelasinya dengan sesuatu yang disalahkan, maka dia sedang gagal menjadi bodoh.
Sebaliknya juga begitu: ketika seseorang memaksakan diri membenar-benarkan sesuatu, dengan alasan yang tidak berkaitan dengan sesuatu yang dibenar-benarkan itu, maka dia sedang gagal menjadi bodoh.
Jika seorang hakim memaksakan vonis berdasarkan satu pasal UU kepada tersangka, padahal semua bukti yang diajukan di pengadilan tak berkorelasi atau membantah bunyi pasal yang dijadikan acuan vonisnya, ya, hakimnya gagal menjadi bodoh.
Apabila ada komunitas melakukan suatu tindakan secara kolektif, dan tindakan itu membuat seseorang (si X) merasa tidak senang atau tersinggung. Lantas si X ingin memaksakan suatu perlakuan khusus terhadap semua anggota kelompok itu, dengan alasan-alasan yang tidak berkaitan samasekali dengan tindakan kolektif itu, berarti si X sedang gagal menjadi bodoh.
Jika menipu adalah tindakan bodoh, maka orang yang tidak sukses menipu, berarti sedang gagal menjadi bodoh.
Berbohong kepada seseorang apalagi kepada publik adalah perilaku bodoh. Tapi jika kebohongan itu dibuat asal-asalan, sehingga enteng ditelanjangi oleh publik – karena tidak diantisipasi untuk menimpanya dengan kebohongan lanjutan – berarti pembohongnya itu gagal menjadi bodoh.
Jika seseorang tetap ngotot mengklaim kebodohannya sebagai kepintaran, dan memaksakan klaimnya itu kepada orang-orang yang berada di bawah otoritasnya, bermakna dia sedang gagal menjadi menjadi bodoh.
Dan hanya ada satu solusi untuk menghindari gagal menjadi bodoh: segera berhenti berupaya menjadi bodoh.