Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan program prioritas nasional yang bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak sekolah, ibu hamil, dan ibu menyusui. Program ini bermaksud meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan mengatasi masalah gizi seperti stunting di Indonesia.
Program MBG menjadi bagian dari visi Indonesia Emas 2045. Targetnya adalah menurunkan angka kemiskinan, menggerakkan ekonomi masyarakat, serta membangun generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dicetuskan oleh Presiden Prabowo Subianto. Gagasan awalnya muncul pada tahun 2006 dengan nama Revolusi Putih dan sempat diuji coba pada tahun 2024. Namun program ini baru diimplementasikan secara resmi pada 6 Januari 2025.
Tujuan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah untuk meningkatkan status gizi dan kecerdasan generasi mendatang, mengurangi malnutrisi dan stunting, serta meningkatkan prestasi pendidikan dan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui penyediaan makanan bergizi, khususnya bagi kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan ibu menyusui, sambil mendukung UMKM dan petani lokal.
Di Kabupaten Ngada, lembaga pendidikan SMKS Sanjaya Bajawa, menjadi satu dari tiga sekolah yang menjadi sasaran pertama sejak 24 Februari 2025 yang lalu, bersama dengan SMPN 2 Bajawa, dan SD Inpres Lembaga.
Sejauh ini, bila mengikuti perkembangan secara nasional, kita akan menemukan data yang berbeda perihal jumlah siswa yang mengalami keracunan MBG. Dilansir dari Tempo.com, Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) Muhammad Qodari mengatakan bahwa tiga lembaga memiliki data berbeda-beda mengenai jumlah korban keracunan menu makan bergizi gratis (MBG). Ketiga lembaga itu adalah BGN, Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Meski data ketiganya berbeda, jumlah korban keracunan MBG secara umum berada di kisaran lima ribu orang.
Informasi keracunan yang beredar secara nasional ternyata tidak kami alami di SMKS Sanjaya Bajawa. Sejauh pengalaman selama ini, semuanya berjalan baik-baik saja. Tidak ada yang mengalami keracunan MBG. Pihak sekolah pun tidak pernah mendapatkan laporan dari siswa maupun orang tua perihal gejala keracunan MBG yang mereka alami di rumah.
Menurut hemat saya, program ini selaras dengan tujuan utamanya. Program ini sangat membantu para siswa terutama anak-anak miskin dan anak-anak kos yang kurang mendapatkan asupan gizi. Lebih dari itu juga sangat membantu para orang tua sehingga tidak perlu memasak untuk keperluan bekal anak ke sekolah atau tidak perlu lagi memberikan uang jajan berlebih untuk anak-anak ke sekolah.
Namun demikian, ada dua catatan penting perihal program MBG di Kabupaten Ngada ini. Dua catatan tersebut kami dapatkan langsung dari komentar para netizen di media sosial, terutama Facebook. Adapun catatan yang dimaksud adalah pertama, program MBG yang dimonopoli oleh orang-orang tertentu, dalam hal ini adalah mereka yang dekat dengan penguasa.
Kedua, dirasa perlu jika program MBG ini dikelola oleh orang tua. Artinya uang program MBG diserahkan kepada orang tua/wali murid, dan selanjutnya para orang tua yang mengelolanya dalam bentuk makanan bergizi untuk anak-anak ke sekolah.