Lihat ke Halaman Asli

Ryo Kusumo

TERVERIFIKASI

Profil Saya

Medco, Antara Nasionalisme dan Singapura

Diperbarui: 19 September 2016   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: market.bisnis.com

Ada berita yang menggembirakan kemarin (17/9), tapi sekaligus juga agak memprihatinkan. Berita itu ialah soal rencana akuisisi Medco Energi terhadap seluruh 40% saham kepemilikan ConocoPhillips di Blok B Natuna Selatan.

Sekadar catatan bahwa Blok B Natuna Selatan merupakan Blok produksi yang menghasilkan minyak sebanyak 30 ribu barel per hari dan gas bumi sebanyak 300 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Angka produksi yang termasuk besar.

Lalu apa berita yang menggembirakan itu?

Berita menggembirakannya adalah semangat untuk mengembalikan aset migas yang dikuasai asing akan kembali ke bumi pertiwi, seperti kita tahu bahwa Medco Energi adalah perusahaan yang didirikan oleh pengusaha asli Indonesia, Arifin Panigoro. Dan seperti yang dikenal, Arifin adalah sosok yang cukup punya nasionalisme yang tinggi, pentolan PDIP dan peduli terutama soal olahraga Indonesia.

Seperti biasa, komentar bersliweran di Whatsapp grup yang sebagian besar anggotanya bekerja di dunia migas. Mayoritas berkata, "Selamat untuk Medco, semoga migas kita semua kembali ke Indonesia", atau "Semangat 2017! Semangat Nasionalisme Migas Indonesia!"

Wah pokoknya macam-macam komentar yang berharap bahwa migas kita betul-betul kembali, kita kuasai sedikit demi sedikit, bahkan ada yang berharap minimal 80% bisa kita ambil alih. Positif sih, tapi apa betul?

Saya sempat bangga kepada Medco ketika berhasil mengakuisisi hampir seluruh saham PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) melalui PT Amman Mineral Indonesia (AMI) pada Juni lalu.

Angkanya fantastis, 34 trilyun rupiah, prosesnya cepat, tidak butuh drama ala Bakrie-Rothschild dan akuntabel. Semangat nasionalisme dibuatnya membara.

Di situ, Newmont Corp (USA) [45%] dan Sumitomo Corp (Jepang) [35%] yang sebelumnya memiliki 80% saham di NNT, seperti 'legowo' jika NNT dipegang oleh Medco, bukan Bakrie. Di mana sebelumnya, Bakrie melalui MDB (Patungan dengan Pemprov NTB) sudah berusaha untuk memiliki seluruh saham NNT, tapi selalu diganjal oleh Newmont sendiri.

Medco sudah terbukti di operasional, dan Bakrie lebih terkenal pada jual beli, mungkin ini yang jadi pertimbangan Newmont Corp yang akhirnya menyerahkannya pada Medco, meskipun tidak mengesampingkan faktor pemerintah juga.

Tapi yang menarik adalah funder-nya, jika melihat laporan keuangan Medco yang masih merugi, kok sepertinya mustahil jika dana sebanyak itu menggunakan dana kas atau uang pribadi. Dan ternyata dugaan saya betul, akuisisi itu didanai oleh tiga bank BUMN; Bank Mandiri, BRI dan BNI, alias didanai oleh negara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline