Lihat ke Halaman Asli

Rudy W

dibuang sayang

Timor Leste Minta Bantuan Indonesia Evakuasi Warganya, Kenapa?

Diperbarui: 19 Februari 2021   09:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Xanana Gusmao meminta bantuan Indonesia (rctiplus.com)


Virus Covid-19 menjadi momok yang menakutkan umat manusia di seluruh dunia. Datangnya tak diduga. Semula virus berasal dari Wuhan di Cina, lantas menyebar ke seluruh pelosok negeri Tirai Bambu itu, bahkan ke seluruh dunia dan menjadi pandemi.

Jika sudah menjadi pandemi di seluruh dunia, terlebih lagi di negara asalnya. Oleh karenanya banyak negara di dunia termasuk Indonesia berusaha mengevakuasi warganya dari negara itu.

Selain Indonesia, negara Asia Tenggara lainnya, Timor Leste juga melakukan langkah antisipatif berupaya untuk mengevakuasi 17 warga Timor Leste dari Cina.

Akan tetapi negara mantan propinsi Indonesia yang ke 27 itu tidak begitu saja mudah untuk melakukannya. Timor Leste tidak mempunyai peralatan karantina yang cukup memadai. Oleh karenanya Timor Leste meminta bantuan kepada Indonesia untuk mengkarantina ke 17 warganya itu di Bali.

Menteri Perencanaan dan Investasi Strategis Republik Demokratik Timor Leste, Xanana Gusmao, membenarkan permintaan bantuan tersebut. Hal tersebut dikatakan Xanana Gusmao dalam kesempatan lawatannya ke Indonesia beberapa waktu lalu untuk bertemu dengan Menkopolhukam Machfud MD.

Kedua pejabat itu akan membahas soal perbatasan antara kedua negara. Seperti diketahui, Timor Leste ini bertetangga dengan NTT.

"Kami tidak punya fasilitas apa-apa, untuk itu kami minta bantuan Indonesia," kata Gusmao. Jika tidak dibantu Gusmao khawatir dengan potensi penularan virus Covid-19 kepada warganya.

Gusmao percaya jika pemerintah Indonesia menyanggupi permintaan itu. "Indonesia mempunyai kemampuan yang lebih besar dari kami," lanjut Gusmao.

Seperti diketahui, Timor Leste (dahulu Timor Timur) pernah diinvasi oleh Indonesia. Tentara Indonesia mulai memasuki wilayah itu pada 7 Desember 1975.

Pada masa pendudukan ini banyak korban jiwa dari penduduk karena peperangan, kemiskinan, dan penyakit. Tak kurang dari 250.000 orang meninggal. Dunia internasional menyebutkan itu adalah genosida terburuk di abad ke 20.

Disponsori PBB, pada referendum tanggal 30 Agustus 1999, yang ingin tetap bergabung dengan Indonesia hanya 21 persen. Sisanya ingin berdiri sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline