Lihat ke Halaman Asli

Choirul Huda

TERVERIFIKASI

Kompasianer sejak 2010

Jalan-jalan Bebas Pegal Bersama Geliga

Diperbarui: 7 Januari 2018   16:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dengan latar Candi Prambanan

SEBAGAI blogger, traveling merupakan salah satu aktivitas yang saya gemari. Baik itu saat ngebolang (bocah petualang) sendirian, bersama komunitas blogger, atau disela-sela tugas kantor. 

Untuk yang terakhir, itu rutin saya lakukan sebagai pekerja lapangan yang kerap berkeliling ke berbagai daerah di Tanah Air. Setelah tugas rampung, biasanya saya mencoba untuk menelusuri sisi lain di sekitar tempat saya liputan. Baik itu pemukiman penduduk, pegunungan, hutan belantara, hingga laut lepas. 

Intinya, jika memiliki waktu luang, saya selalu berusaha menikmati perjalanan tersebut sambil didokumentasikan lewat gambar dan video. Itu bisa jadi bekal saya untuk diceritakan kepada anak dan cucu kelak. Bahwa, saya sebagai ayah atau kakeknya, pernah mengunjungi kawasan tersebut yang semoga saja bisa memberi inspirasi kepada generasi berikutnya.

Nah, sebelum berangkat, tentu saya selalu mempersenjatai diri dengan berbagai peralatan dan perlengkapan untuk ngebolang. Untuk peralatan, standarnya seperti kamera DSLR dan saku, tripod (opsional alias kalau muat di tas), powerbank, dan kartu memori tambahan. 

Menikmati panorama di Taman Bunaken

Sementara, perlengkapan seperti jaket, jas hujan, sandal gunung atau jepit tergantung kondisi, hingga obat-obatan. Nah, untuk obat-obatan, yang saya bawa memang bawa tidak selengkap kotak P3K. Alias, hanya sesuai kebutuhan saya, seperti untuk pereda flu, batuk, masuk angin, dan krim otot Geliga untuk #BebasPegal. 

Agak rempong memang dengan membawa peralatan dan perlengkapan itu dalam satu tas. Termasuk, obat-obatan yang belum tentu terpakai seluruhnya. Namun, saya selalu teringat dengan adagium lawas yang mengatakan, "Sedia payung sebelum hujan". 

Alhasil, meski obat-obatan itu tidak semuanya terpakai, saya selalu membawanya sebagai bentuk antisipasi. Terutama, Geliga Krim yang efektif meredakan nyeri otot. Jika tidak, tentu akan lucu ketika sampai di puncak gunung, sementara orang lain menikmati panorama, eh badan saya malah pegal-pegal akibat kelamaan mendaki.

Dengan Geliga bikin saya ngebolang jadi bebas tanpa gangguan pegal. Alias, bisa melakukan aktivitas apa pun dan di mana pun tanpa batas hingga dapat melompat lebih tinggi untuk mengekspresikan momen ngebolang.

Melompat dengna latar Gunung Batok

Bisa dipahami mengingat saya paling tidak tahan menyaksikan pemandangan yang memesona. Misalnya, jika berada di puncak gunung, saya seperti ingin menyentuh barisan awan yang seperti menggantung di langit-langit. Pun ketika sedang di air, ingin rasanya menyelam lebih dalam hingga ke dasar.

Itu yang saya alami ketika traveling. Bagi saya, traveling bukan sekadar sampai di lokasi mengabadikan lewat gambar atau video dan mengunggahnya ke media sosial. Melainkan, lebih dari itu. 

Tak jarang, terdapat momen mengasyikkan saat di perjalanan. Termasuk, ketika saya harus duduk manis di Kereta Api hingga nyaris 20 jam dalam perjalanan ke timur Jawa. Atau, ketika terjebak macet di bus hingga delapan jam saat ngebolang di lokasi yang tidak jauh dari ibu kota. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline