Lihat ke Halaman Asli

Strategi Branding UMKM di Era Media Sosial: Dari Konten ke Omset

Diperbarui: 4 Oktober 2025   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Di tengah ketatnya persaingan, banyak pelaku UMKM kini beralih memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi. Instagram, TikTok, hingga Shopee Live kini menjadi etalase digital yang murah sekaligus efektif. Namun, apakah cukup hanya dengan berjualan online tanpa memiliki strategi branding yang jelas?

Branding adalah upaya membangun identitas dan citra produk atau jasa di benak konsumen. Dalam konteks UMKM, branding yang kuat membuat usaha terlihat lebih profesional, mudah diingat, dan dipercaya. Media sosial memungkinkan pelaku usaha kecil untuk tampil setara dengan brand besar melalui konten kreatif dan strategi komunikasi yang tepat.

Ada beberapa strategi branding yang bisa diterapkan UMKM di era media sosial. Pertama, konsistensi visual, seperti penggunaan logo, warna khas, dan tata letak konten yang rapi, akan membuat produk mudah dikenali. Kedua, storytelling, yaitu menceritakan asal-usul produk, nilai yang terkandung, atau proses pembuatannya, sehingga konsumen merasa terhubung secara emosional. Ketiga, interaksi dengan audiens, misalnya dengan membalas komentar, membuat polling, atau mendorong konsumen membuat konten ulasan (user-generated content).

Banyak contoh UMKM yang berhasil mengembangkan bisnis karena strategi branding di media sosial. Misalnya, produk makanan lokal yang mengemas dirinya dengan cerita tentang bahan alami dan tradisi, serta ditampilkan dalam konten visual menarik. Hal ini membuat konsumen lebih percaya dan bersedia membayar harga yang lebih tinggi dibanding produk serupa tanpa identitas brand yang jelas.

Namun, branding UMKM di media sosial juga memiliki tantangan. Tidak semua pelaku usaha memiliki literasi digital yang memadai untuk membuat konten yang menarik. Waktu dan tenaga juga sering menjadi kendala, terutama bagi usaha kecil dengan sumber daya terbatas. Selain itu, tren di media sosial berubah sangat cepat, sehingga pelaku UMKM harus selalu berinovasi agar tidak tertinggal.

Ada pula risiko lain, yaitu kemudahan produk dan ide branding untuk ditiru kompetitor. Tanpa diferensiasi yang kuat, UMKM bisa kehilangan keunikan yang telah dibangun. Oleh karena itu, selain fokus pada media sosial, UMKM juga perlu memperkuat kualitas produk dan layanan agar brand yang dibangun tetap kokoh di mata konsumen.

Kesimpulannya, strategi branding melalui media sosial bukan lagi sekadar pilihan tambahan, melainkan kebutuhan utama agar UMKM dapat bertahan dan berkembang. Media sosial telah membuka peluang besar bagi usaha kecil untuk menjangkau pasar yang lebih luas, tetapi hanya mereka yang mampu membangun identitas brand yang kuat yang akan bertahan dalam jangka panjang. Saatnya pelaku UMKM beralih dari sekadar berjualan menjadi membangun brand, dari konten menuju omset.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline