Lihat ke Halaman Asli

Robert Antonius

Fotografer dan Videografer lepas

Tetabuhan Genderang Perang di Tuban_Kitab Selendang Naga Langit (8)

Diperbarui: 24 Maret 2025   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gladi bersih persiapan syuting dokumenter teknik silat PD (koleksi robert nixau/PD UPN Jogja)

Hari masih pagi ketika sebuah jung berukuran besar nampak diam tenang menghadap pelabuhan laut Tuban. Dikelilingi dengan jung yang lebih kecil dan beberapa berukuran sedang membentang di sepanjang garis pantai. Di sebelah barat samar-samar nampak barisan perahu dagang beraneka ukuran yang sandar dan bongkar muat komoditi perdagangan antar nusa.

Jung besar itu sendiri seperti kapal komando dari banyak jung-jung lainnya. Kibaran bendera ular-ular berwarna gula kelapa yang tertiup angin menjadikan nampak jelas kelompok jung tersebut merupakan armada angkatan laut Majapahit yang sedang berpatroli di wilayah utara Jawa.

Baru saja armada ini melaut hendak kembali ke pangkalan utama yang bersembunyi di sudut selat agak ke timur Ujung Galuh, tatkala sebuah jung kecil yang melaju lincah dengan dorongan angin darat cukup kencang memapas rombongan armada itu.

Bendera sandi saling melambai bertukar komunikasi, tak lama kemudian jung kecil itu merapat ke jung paling besar yang menjadi kapal komando utama dari armada laut Kerajaan Majapahit.

Beberapa orang segera melompat dan mendaratkan kakinya di geladak. Mereka adalah para caraka Majapahit yang membawa pesan khusus kepada pimpinan armada kapal itu. Jung kecil yang tadi lantas berbalik arah kembali menuju ke Ujung Galuh, kumandang genderang bertabuh memecah angin menjadi pertanda naiknya layar kapal utama armada, memberi tanda berita untuk memutar arah berlayar kembali ke barat. Sesuai dengan isi pesan sandi dari para Mahamantri Hino Majapahit, armada itu akan berlabuh di garis pantai Tuban.

...

Sementara dalam waktu yang sama, disebuah pasar tak jauh dari ujung jalan keluar masuk ke dermaga Tuban, hiruk pikuk pedagang menjadi lebih ramai dari biasanya. Kapal-kapal besar para saudagar sandar dan menurunkan banyak rupa ukuran peti-peti yang berisi beraneka dagangan. Suasana di pasar yang nampak ramai ini berbanding terbalik dengan keadaan di dalam lingkungan kadipaten Tuban.

Para pejabat menjadi amat sibuk, bersiap seolah-olah sedang akan menghadapi prahara. Cerita soal Adipati Tuban yang dianggap berseberangan dengan Kotaraja menjadikan banyak para pejabat di kadipaten Tuban memperbincangkan segala hal kemungkinan yang akan terjadi. Para punggawa berjaga secara bergantian dalam kewaspadaan penuh, patroli prajurit disebar ke penjuru kadipaten.

Para lurah, bekel, para nalapraja dan juga rakyat sedang dihadapkan pada satu pilihan, berseberangan dengan Majapahit.

Berjarak lebih 100 tombak dari gerbang pelabuhan Tuban, sebuah kedai minum yang cukup ramai dengan halaman yang luas dan memiliki beberapa bilik untuk menginap telah penuh dengan para tamu-tamu, para saudagar yang sedang berdagang, pelancong dan orang asing dari negeri seberang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline