Lihat ke Halaman Asli

Piala Asia Trofi Masih di Kita Kok, asal...

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Lupakan kekalahan kemarin, tak perlu menyuarakan : " kekalahan adalah hal biasa dalam pertandingan " dan jangan pula " ambil pelajaran dari kekalahan ", ini menekankan bahwa ada pembenaran pada suatu kekalahan, apalagi lawan berkutat pada level yang sama.

Seharusnya penekanan pada : " tradisi menang dan pantang menyerah ", dan buatlah statement : " kekalahan adalah faktor x dari sebuah kelemahan satu paket tim ", dan prinsip berpegang teguh pada : " Berusahalah kamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya (menang), dan berdoalah kamu seolah-olah kamu akan mati besok (kalah).

Kekalahan semoga menjadi obat mujarab bagi PSSI, hanya melihat segi bisnis, terlanjur terkontrak oleh salah satu Stasiun TV, melihat peluang uang, tanpa mengindahkan faktor X (mengecewakan pemain, pemerhati dan jutaan fans U19). Kalau mau melihat kebelakang, lebih baik U19 disimpan (terlanjur Cotif diwilayah tak menarik minat iklan, kontrak ada pada stasiun tv swasta). Tak perlu ngotot tampil, perkuatlah permainan tiki-taka yang mulai ditinggalkan pencetusnya, melalui serangkaian ujicoba tim papan atas.

Kalah dari tim level tinggi menjadi pelajaran yang berharga mengenai kemampuan tehnik, paduan tim dan finishing. Jika kalah itu menjadi keharusan biarkah kalah dalam berjuang mensejajarkan pada level tinggi, bukan kalah pada level yang sama. Ingat, Piala Asia masih di tangan kita asal PSSI tidak lagi memaksakan semacam ini : " Pemain mengubah pola permainan secara masif karena sebuah kekalahan ", atur strategi tepat, tanpa meninggalkan tradisi kemenangan adalah puncak dari sebuah perjuangan.

Salam Piala Asia...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline