OSIS di Sekolah dalam Pembentukan Karakter Siswa
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) adalah satu-satunya organisasi resmi yang mewadahi peserta didik di lingkungan sekolah. Di balik struktur organisasinya yang tampak formal, OSIS sejatinya merupakan laboratorium pembelajaran karakter yang sangat penting bagi generasi muda.
Sayangnya, banyak yang belum menyadari bahwa OSIS bukan sekadar pelaksana kegiatan seremonial saja, melainkan wadah pembinaan mental, sosial, dan kepemimpinan bagi siswa.
Dalam praktiknya, sekolah menghadapi berbagai tantangan perilaku siswa yang memprihatinkan. Ada yang memilih cabut dari kelas tanpa izin, mengobrol saat guru menjelaskan pelajaran, bahkan mencemooh teman sendiri ketika tampil.
Perilaku-perilaku ini bukan hanya mengganggu proses belajar di sekolah, tetapi juga mencerminkan kurangnya karakter empati, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap orang lain.
Sebagai guru, saya menyaksikan sendiri bahwa nasihat dan hukuman sering kali tidak cukup untuk mengubah perilaku negatif mereka. Dibutuhkan pendekatan yang lebih bersifat internal dan kolektif. Di sinilah OSIS memiliki posisi strategis. Ketika OSIS diberdayakan secara aktif, organisasi ini dapat menjadi agen perubahan yang nyata di kalangan siswa.
Pengurus OSIS bisa menyusun dan menjalankan program yang menyentuh akar permasalahan di lingkungan sekolah. Misalnya, kampanye anti-membolos, kegiatan “sahabat kelas” untuk saling menjaga, serta forum diskusi siswa agar suara mereka terdengar dan dihargai. Dengan pendekatan teman sebaya, siswa cenderung lebih terbuka dan mudah menerima masukan.
Kepemimpinan dalam OSIS juga menjadi sarana belajar demokrasi. Saat pemilihan ketua OSIS, siswa belajar tentang pentingnya visi, misi, serta integritas. Mereka belajar bahwa menjadi pemimpin bukan sekadar menjadi populer, tapi menjadi panutan dan pelayan bagi sesama.
Saya teringat sebuah amanat kepala sekolah dalam upacara hari Senin. Beliau berkata:
“Kalian hari ini bisa belajar dengan nyaman bukan karena keadaan serba mudah, tapi karena ada para pahlawan yang telah berkorban. Pahlawan pendidikan, pahlawan kemerdekaan, bahkan orang tua kalian adalah pahlawan dalam hidup kalian. Maka hormatilah semua bentuk perjuangan, mulai dari yang paling besar sampai yang tampak sepele. Termasuk, menghargai guru kalian yang mengajar, dan menghormati teman kalian dengan tidak mencemoohnya.”