Lagi-lagi, sang penulis memaksakan diri untuk berbagi rahasia di tengah sudah usangnya komputer yang dimilikinya, tentang mengapa tulisan seorang bisa sangat berdampak pada kesadaran kolektif pembaca dan bahkan dapat meretas realitas dunia hingga mungkin kepada semesta.
"Duhai catatanku, saatnya aku membagikan rahasia ini kepada para pembaca setiaku, sampai sistem benar-benar menshutdown online komputer usangku ini."
Sang penulis pun mengetikan kata demi kata monolog.
"Kata-kata berasal dari pikiran. Kalau kata-kata yang sudah dituliskan baik online maupun offline dalam lembaran kertas, itu bisa sangat berdampak bila sumber mata air dari kata-kata tersebut (yakni pikiran sang penulis) terjaga kesuciannya. Sang penulis berlaku tirakat (pengorbanan sunyi, seperti puasa yang dicontohkan para nabi dan rasul Allah), menjauhi segala perbuatan yang dibenci lagi dilarang Tuhan, menjaga diri dari hawa nafsu yang merusak kehormatan diri, dan konsisten mengamalkan segala perbuatan yang disukai lagi diperintahkan Tuhan. Betapa beratnya tugas sang penulis dengan misi mulia demi keberlangsungan eksistensi dan kehebatan spesies manusia atas muka bumi, bahkan para penduduk langit yang menyimpan kata-kata sang penulis dalam perpustakaan ilahinya"
"Biasanya jika laku suci demikian terjaga hingga tiba hari wafatnya (dalam keadaan akhir yang baik/husnul khotimah), dampak kata-kata yang terwariskan di alam dunia yang ditinggalkannya, berpotensi berkali-kali lipat dampaknya, bisa puluhan, ratusan, bahkan ribuan kali dampak kekuatan kata-kata tersebut dalam menggugah kesadaran pembacanya, hingga mengubah realitas dunia sesuai apa yang diimajinasikan penulis melalui kata-katanya tersebut."
"Syaratnya, murni kata-kata tersebut berasal dari pikirannya, bukan berasal dari ide kecerdasan buatan/AI, contekan, ataupun ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Inilah keutamaan bagi para penulis yang konsisten dan teguh dalam menulis selalu menyuarakan ide kata-kata yang asli dan murni dari pikirannya sendiri. Inti besarnya, ada konektivitas kata-kata penulis dengan pikiran sang penulis, kalau sang penulis berhasil konsisten menjaga kesucian pikirannya, maka itu adalah pengorbanan sunyi yang paling mulia di mana bumi dan langit hingga semesta raya menyaksikannya."
"Demikian, monolog ini. Mungkin, ini perpisahan kita secara online. Komputer baru? Entahlah, aku hanya seorang penganggur berat, yang biasa diberi uang jajan perbulan dari satu hingga dua ratusan ribu rupiah dari adik, ayah dan puluhan ribu dari nenek. Season 1 perjuangan kata, akan bergeser kepada Season 2 perjuangan cinta, perjuangan untuk terus menjaga kesucian pikiran agar warisan tulisan yang telah tertoreh, benar-benar dirasakan manfaat dan dampak positifnya bagi yang hidup dan kehidupan."
"Terima kasih sudah menjadi bagian kisah kami sahabat. Sahabat boleh menyimpan tulisan kami secara offline, bahkan memperbanyaknya dengan tujuan mulia seperti memperkuat masyarakat dan umat manusia, sebelum tibanya hari yang dijanjikan Tuhan. Mohon maaf bila kami tak sempat membalas komentar dan berinteraksi dengan sesama pejuang kata, sekali lagi kami memohon maaf."
Cimahi, 16 September 2025.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI