Selama bertahun-tahun, pendidikan nonformal kerap dipandang sebagai "pilihan kedua" bagi mereka yang dianggap gagal di jalur pendidikan formal. Stigma ini begitu melekat, seolah pendidikan nonformal adalah jalan alternatif yang kurang bergengsi. Padahal, kenyataannya justru sebaliknya. Di tengah perubahan zaman dan tuntutan kompetensi yang semakin dinamis, pendidikan nonformal justru tampil sebagai solusi nyata yang fleksibel, kontekstual, dan memberdayakan.
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) sebagai salah satu ujung tombak pendidikan nonformal telah membuktikan peran strategisnya dalam membentuk manusia yang mandiri, terampil, dan bermakna bagi masyarakat. Di lembaga seperti PKBM Sejati Kudus, pendidikan tidak hanya tentang nilai rapor, tetapi tentang nilai kehidupan. Peserta didik tidak hanya diajarkan teori, tetapi juga diberi ruang untuk belajar langsung dari realitas dari masyarakat, dari alam, bahkan dari kondisi darurat seperti bencana.
Beberapa waktu lalu, PKBM Sejati menunjukkan wajah kemanusiaannya dengan terlibat aktif dalam aksi peduli bencana banjir di Demak. Para tutor tidak hanya berperan sebagai pengajar di ruang kelas, tetapi juga turun langsung ke lapangan, mengorganisasi bantuan, mengajak peserta didik dan warga sekitar untuk peduli sesama. Kegiatan bakti sosial ini menjadi momen pembelajaran kontekstual yang sangat berarti. Siswa belajar tentang empati, tanggung jawab sosial, dan pentingnya menjadi manusia yang berguna bagi orang lain.
Apa yang dilakukan para tutor ini bukan hanya sekadar memberikan bantuan, tetapi menanamkan nilai-nilai kemanusiaan melalui tindakan nyata. Mereka tidak hanya berbicara tentang kepedulian, Namun juga mereka menunjukkannya. Itulah yang menjadikan mereka lebih dari sekadar pendidik. Mereka adalah inspirator kehidupan.
Lebih dari itu, kolaborasi dengan orang tua juga menjadi kekuatan tersendiri di PKBM Sejati. Dalam sebuah inisiatif yang penuh makna, salah satu orang tua peserta didik membuka pintu kedainya dan mengajar langsung dalam kelas memasak (cooking class). Ini bukan hanya tentang belajar resep atau memasak makanan, tetapi tentang membuka jendela dunia usaha, menanamkan kemandirian, dan mengenalkan nilai kerja keras kepada anak-anak PKBM. Mereka belajar dari praktik nyata, dari tangan-tangan yang memang pernah jatuh bangun merintis usaha. Di sinilah mereka belajar berproses bagaimana dalam berusaha.
Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa pendidikan sejati tidak bisa berdiri sendiri. Ia membutuhkan ekosistem. Tutor yang peduli, masyarakat yang terlibat, dan orang tua yang mau berbagi. Ketika ketiganya bersatu, lahirlah ruang belajar yang hidup yang tidak hanya mencetak lulusan, tetapi membentuk manusia seutuhnya.
PKBM Sejati telah menunjukkan bahwa belajar bisa bermula dari mana saja dan oleh siapa saja. Dari guru yang menginspirasi, dari orang tua yang mengajar tanpa diminta, dan dari bencana yang menyatukan kepedulian kita sebagai bangsa.
Jika semua lembaga pendidikan mampu menanamkan semangat seperti ini, maka pendidikan bukan hanya akan mencerdaskan kehidupan bangsa, tetapi juga menumbuhkan generasi yang berjiwa sosial, tangguh, dan siap menghadapi dunia dengan cinta dan kepedulian. Seperti halnya kata-kata yang saya dengar dan penuh makna yakni, "Tutor Bangkit Memperkokoh Indonesia!"
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI