Lihat ke Halaman Asli

Mitoni:Tradisi Penuh Makna dalam Masyarakat Jawa

Diperbarui: 28 April 2025   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi merupakan kebiasaan dari aktifitas keagamaan yang telah berakar dalam kondisi sosial budaya(Nuha,2016:57). Mitoni adalah upacara yang dilakukan pada bulan ketujuh masa kehamilan masyarakat Jawa (Dagun, 2015:664). Secara harfiah, kata "mitoni" berasal dari kata Jawa "pitu" yang berarti tujuh. Oleh sebab itu, upacara ini diselenggarakan tepat saat kehamilan memasuki usia tujuh bulan. Dalam tradisi mitoni, berbagai rangkaian acara digelar, mulai dari siraman, gendongan, hingga doa-doa khusus yang dipanjatkan oleh keluarga besar. Tradisi selamatan kehamilan dilaksanakan sebagai wujud ungkapan syukur dan permohonan doa agar calon bayi dapat tumbuh sehat, serta proses kelahirannya nanti berjalan lancar tanpa hambatan.

            Dalam proses pelaksanaannya sendiri, alat yang digunakan adalah tujuh sumber air (dari 7 sumber yang berbeda, yaitu sendang, belik,tur,sumur,pancuran kali dan tempuran  kemudian  disatukan  dalam  gentong  air. Namun  di  zaman  sekarang  ini  cukup  dengan  satu  mata  air  saja),  tujuh macam  kembang  (yang  dicampurkan  ke  dalam  air  siraman),  tujuh  orang yang  memandikan  (diutamakan  keluarga  dulu  dari  mulai  ibu,  mertua, kakak,  ataupun  saudara  dengan  catatan  orangnya  sudah  menikah).

Tradisi mitoni dilaksanakan sesuai dengan adat, mulai dari hari Selasa atau hari Sabtu dan dilakukan pada tanggal tertentu berdasarkan kalender Jawa, seperti tanggal 7 dan 15. Tujuan dari ritual Mitoni, yang hanya dilakukan untuk anak pertama saat usia kehamilan 7 bulan dan hanya dilakukan untuk anak pertama, adalah untuk memberikan keselamatan bagi bayi saat berada dalam kandungan, saat lahir, dan saat dewasa. Upacara mitoni dianggap sebagai simbol bahwa anak-anak akan selalu diberkahi oleh Yang Maha Esa. Bagi orang Jawa, upacara mitoni sangat penting, dan sebelum melakukannya ada banyak hal yang harus dipersiapkan, seperti menyiapkan alat dan bahan, makanan, dan kain yang akan digunakan. Misalnya, kain harus dibatik dengan berbagai motif.

Tradisi Mitoni juga dapat memperkuat ikatan keluarga karena keluarga besar berkumpul untuk mendoakan calon bayi dan ibunya. Selain memperkuat ikatan sosial di antara anggota keluarga dan masyarakat sekitar, momen ini adalah kesempatan untuk berbagi kebahagiaan. Tradisi ini tidak hanya melibatkan upacara keagamaan, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial budaya yang menambah kearifan lokal orang Jawa.

Rangakaian dalam Tradisi Mitoni biasanya dilakukan setelah kehamilan berusia 7 bulan, dan melibatkan rangkaian acara berdasarkan agama islam, seperti membaca ayat suci Al-Qur'an, terutama surah Yusuf dan surah Maryam, melakukan tahlilan, berdoa dan berzikir bersama-sama, dan makan makanan yang disajikan bersama. Tradisi mitoni mencerminkan bahwa pendidikan dapat dimulai sejak seseorang masih berada dalam kandungan ibu. Tradisi ini diawali dengan prosesi pemandian menggunakan air yang dicampur bunga setaman, sambil disertai pembacaan doa-doa. Tujuan dari prosesi ini adalah memohon kepada Allah SWT agar calon anak memperoleh keberkahan, rahmat, serta dilahirkan dengan sehat dan selamat. Mitoni sendiri sering disebut juga tingkeban, yang bermakna selamatan pada usia kehamilan tujuh bulan. Istilah tingkeb berarti "telah genap" atau "sudah waktunya," dan dalam budaya masyarakat, kelahiran bayi pada usia kandungan tujuh bulan dianggap sebagai hal yang wajar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline