Sejak kehadiran Bintang Timur Atambua di ajang El Tari Memorial Cup (ETMC), ia telah mencuri perhatian para pecinta sepak bola di Nusa Tenggara Timur. Dalam empat kali keikutsertaannya klub dengan julukan Macan Batas itu selalu menghadirkan permainan -- permainan yang menarik. Walaupun pada laga perdana dan keduanya ia harus menelan kekalahan pada babak penyisihan grup. Namun pada penampilan ketiga dan keempat Bintang Timur mulai menunjukkan kelasnya dengan dua kali berturut -- turut lolos ke putaran final ETMC yakni pada tahun 2023 di Rote Ndao dan tahun 2025 di Kupang. Pada laga final keduanya di Kupang, Senin, 24 Maret 2025, Bintang Timur Atambua akhirnya menunjukkan dirinya sebagai bintang baru dari Timur.
Untuk mewujudkan mimpinya sebagai bintang, klub yang berasal dari Kota Atambua itu bermain sangat konsisten. Konsistensinya ditunjukkan dengan selalu menang mulai dari babak penyisihan grup hingga laga final. Kemenangan -- kemenangan yang diraih bukan berarti mereka sama sekali tidak kebobolan gol melainkan mereka kerap tertinggal di menit -- menit awal pertandingan. Mereka sempat tertinggal saat melawan Perse Ende dan Sergio FC di babak grup, Tiara Nusa FC di perempat final, serta Persebata Lembata di final. Namun karena tekad yang kuat, semangat yang berapi -- api serta mental juara yang sudah terbentuk mereka bangkit kembali mengejar ketertinggalan dan menjadi pemenangnya. Karena itu Bintang Timur Atambua mendapat julukan Raja Comeback berkat kemampuan mereka membalikkan keadaan di berbagai laga krusial.
Untuk menjadi bintang baru di ajang yang telah berusia 33 tahun ini, Bintang Timur Atambua tidak ujug- ujug ada. Ia hadir melalui sebuah proses yang lama dan panjang dengan terlebih dahulu membangun sekolah sepak bola di pinggiran kota Atambua; di desa Kabuna kecamatan Kakuluk Mesak; persisnya di bawah bukit Wehor pada tahun 2014 silam. Anak -- anak Atambua direkrut sejak usia dini, dilatih sepak bola dan dibangun karakternya. Kemudian tidak langsung tampil, tetapi melalui proses latihan kurang lebih lima tahun untuk tampil perdana di ETMC.
Nah, keberhasilan Bintang Timur Atambua merupakan hasil dari kerja keras seorang politisi dan pecinta sepak bola bernama Fary Francis. Awalnya banyak orang yang meremehkan upayanya ini. Mereka mempertanyakan mengapa beliau membangun sekolah sepak bola di Atambua. Kata mereka itu tidak mendatangkan profit, malah mengeluarkan banyak uang.
"Ketika awal saya merintis dan mendirikan Sekolah Sepak Bola (SSB) di Atambua, banyak orang bertanya mengapa harus buat SSB. Itu tidak mendatangkan profit, malah harus mengeluarkan banyak uang. Begitu juga ketika saya mengorganisir banyak even sepak bola atau mengirim anak-anak SSB dan akademi berlatih hingga ke luar negeri. Saya katakan, ini tidak bisa dijelaskan dengan logika. Hanya bisa dijelaskan dan dirasakan dengan logika cinta. Passion pada sepak bola memang menuntut pengorbanan." Katanya dalam sebuah wawancara.
Tetapi ia bergeming. Ia ingat dalam suatu kesempatan pada saat Couch Rahmad Darmawan melakukan Couching Clinic di Kupang, ia sempat bertanya tentang bagaimana mengurai persoalan sepak bola di NTT. Terhadap pertanyaan itu Rahmad Darmawan menawarkan untuk mulai membangun sekolah sepak bola. Dan jalan itulah yang dipilih karena ia juga memiliki passion yang besar pada sepak bola.
Upayanya membangun sekolah sepak bola di Atambua, ternyata tidaklah sia -- sia. Setelah 12 tahun sejak pertama kali dibangun, bintang timur atambua akhirnya menjelma menjadi juara baru sepak bola NTT. Tak hanya itu Bintang Timur juga mencetak sejarah sebagai klub sepak bola swasta pertama yang menjuarai El Tari Memorial Cup.
Pencapaian ini juga membuka mata banyak orang tentang betapa pentingnya sekolah sepak bola. Sekolah sepak bola bukanlah sekadar komunitas hobi belaka melainkan adalah wadah untuk menyiapkan pemain sepak bola sejak usia dini. Sekolah sepak bola juga bukanlah investasi kosong yang hanya menghambur -- hamburkan uang melainkan sebuah investasi masa depan yang berdampak besar untuk kemajuan sepak bola dan peningkatan kualitas pesepakbola di NTT. Karena di dalam sekolah sepak bola ada pembentukan karakter dan pembinaan mental. Selain itu kedisiplinan, kejujuran, loyalitas, kemandirian, daya tahan, sportivitas ditempa dan ditanamkan sejak dini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI