Lihat ke Halaman Asli

R. Syrn

pesepeda. pembaca buku

523 Km Naik Motor dari Jogja ke Bogor

Diperbarui: 30 Oktober 2022   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kenangan Legenda 2 di Nagreg/dok. pribadi

Jalan raya di pulau Jawa itu selalu berhasil bikin iri, rata-rata relatif bagus dan mulus, apalagi jalan utama antar provinsi yang lebar-lebar, macet pun jarang, paling-paling kejadian pas arus mudik yang setahun sekali.  Maka dari itu tak pernah ada kata ragu untuk berkendara seberapa jauh pun, hingga mendadak muncul keinginan untuk naik motor dari Jogja ke Bogor, suatu pagi di tahun 2016.

Rencananya melewati jalur selatan, kemudian jalur tengah pulau Jawa, mampir ke Bandung sebentar lalu melintasi daerah hingga finish di kota hujan. 

Sepeda motor andalan waktu itu adalah Astrea Legenda 2 warna hitam dengan sticker merah orange.  Start dari Deresan, Sleman sekitar pukul 8 pagi, setelah sebelumnya memeriksa isi ransel berupa pakaian ganti secukupnya, peralatan mandi dan tentu saja jas hujan untuk jaga-jaga. Motor pun melaju ke arah barat, lewat jalur selatan yang relatif sepi.

Untung saja jas hujan tak lupa di bawa, selepas wilayah Kulon Progo hujan turun dengan rajinnya, dan baru reda setelah beberapa puluh kilometer kemudian.  Memasuki wilayah Jawa Tengah, jalanan sebagian sedikit agak rusak namun masih bisa ditolerir, itulah pentingnya memeriksa kondisi motor sebelum perjalanan jauh, yang terpenting adalah menjaga kondisi oli mesin masih dalam keadaan prima, kalau perlu ganti oli dulu sebelum berangkat.

Perjalanan sepanjang Jawa Tengah selepas Kebumen relatif lancar, walau sesekali memastikan jalur perjalanan melalui maps secara online.  Hingga akhir tak terasa hampir memasuki wilayah Jawa Barat menjelang tengah hari, lalu memutuskan untuk istirahat di warung pinggir jalan.  Rasanya seperti pindah dunia saja, setelah terbiasa dengan makanan dan sayur yang sudah dimasak selama di Jogja, tiba-tiba disuguhi lalapan mentah seperti leunca dan berbagai macam dedaunan yang masih segar, tapi rasanya tentu saja enak selain lauk lele goreng dan sambal yang tak kalah segar.

Tenang saja kalau makan di sepanjang pulau Jawa harganya relatif murah, kalau ragu-ragu jangan malu untuk menanyakan harga menu makanan sebelum memesan.  Istirahat sebentar setelah makan, perjalanan pun diteruskan, hingga akhirnya sampai di tugu kujang tanda perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat.  

Selepas tugu perbatasan, sebelum memasuki Kota Banjar, yang namanya sama persis dengan Kabupaten tempat lahir, ada kejadian yang sedikit mengesalkan.  Ada razia kendaraan bermotor oleh polisi di tengah jalan yang cukup sepi, apesnya Legenda kena tilang dengan alasan lampu depan dalam keadaan tidak menyala. Duh, daripada memilih opsi disidang mending diselesaikan di tempat, seratus ribu pun melayang. Duh.

Perjalanan dilanjutkan untuk kemudian memasuki wilayah Ciamis yang waktu lagi sedang perbaikan jembatan, terus ke barat hingga tiba di Nagreg untuk mampir foto sebentar, dan terus tak terasa sudah menjelang sore hari saat tiba di kota Bandung, menemui seorang sahabat blogger di warung sekitar ITB dan ngobrol sejenak untuk kemudian memutuskan meneruskan perjalanan lagi, sembari berjanji nanti pulangnya akan mampir lagi.

Sepanjang perjalanan tidak lupa mengontrol asupan minuman agar tidak dehidrasi, salah satu hal yang kadang tak diperhatikan dalam sebuah trip panjang.  Akhirnya malam pun tiba saat melewati Cianjur, sempat beberapa kali mampir hingga akhirnya melewati kawasan puncak yang relatif lancar, untunglah tidak saat akhir pekan jadi jalanan aman.

Melewati jajaran permukiman, villa-villa beserta mamang-mamang yang berjejer menawarkan penginapan, dan akhirnya tiba di tempat yang sepertinya harus disinggahi karena selalu berhasil bikin terpesona karena posisinya, itulah masjid Atta'awun.  Rasanya sudah lewat isya sesampai di sana, menikmati dinginnya puncak beberapa saat sebelum memutuskan meneruskan perjalanan turun menuju tujuan akhir: kota Bogor.

Sesampai Bogor hari sudah menjelang tengah malam, rumah sepupu yang dituju ternyata telah menutup pintu, penghuninya sedang istirahat dan sepertinya tak lagi bisa diganggu.  Akhirnya tengah malam itu diputuskan untuk istirahat di kedai donat yang buka 24 jam sambil menunggu tibanya pagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline