Lihat ke Halaman Asli

Ratna Fiesta Khairunnisa

Mahasiswa sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Padjadjaran

Culture Clash di Qatar, Sang Tuan Rumah Piala Dunia 2022

Diperbarui: 21 Desember 2022   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo Piala Dunia 2022. Sumber: Tokopedia

Penulis:  Ratna Fiesta Khairunnisa Penulis  & Dr. Maulana Irfan, S.Sos., M.I.Kom. (Dosen Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi FISIP UNPAD)

Budaya Konservatif

Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini berasal dari bahasa Latin, conservre yang berartikan melestarikan, menjaga, memelihara, mengamalkan. 

Sikap konservatif adalah mempertahankan kebiasaan, keadaan, dan tradisi yang sudah berlaku dalam masyarakat. Seseorang bersikap konservatif karena adanya suatu penyesuaian terhadap perubahan sosial budaya serta masih berupaya untuk mempertahankan pola lama yang telah menjadi tradisi dengan menghindarkannya dari kerusakan sesudah datangnya perubahan dan pembaharuan.

Belum lama ini, sempat dijadikan topik cukup hangat di berita global terkait sang tuan rumah diselenggarakannya Piala Dunia 2022 yakni Qatar. Di negara inilah Piala Dunia FIFA untuk pertama kalinya diselenggarakan di Jazirah Arab, dan di negara bermayoritas penduduk Muslim. 

Terjadinya kisruh saat Piala Dunia 2022

FIFA kepanjangan dari The Federation Internationale de Football Association atau Federasi Sepak Bola Internasional adalah badan pengatur sepak bola Internasional yang berdiri pada 21 Mei 1904 di Paris, Perancis. Bermarkas di Zurich, Swiss. 

Piala Dunia adalah turnamen sepak bola internasional empat tahunan yang diikuti oleh tim nasional pria senior dari anggota FIFA. Piala Dunia FIFA 2022 merupakan putaran final ke-22 Piala Dunia FIFA, Turnamen edisi ini dijadwalkan berlangsung di Qatar pada rentang waktu 20 November hingga 18 Desember 2022. 

Sebagai tuan rumah, tentu pemerintahan Qatar telah mempersiapkan negaranya dalam berbagai aspek. Seperti stadion, jalan raya, hotel, dan berbagai infrastruktur lainnya sebagai fasilitas-fasilitas pendukung berjalannya Piala Dunia 2022 yang siap menyambut berbagai tamu dari berbagai dunia yang akan bertanding maupun menyaksikan tim kesukaannya secara langsung. Namun, dibalik berbagai kemegahan serta kemeriahan penyambutan berlangsungnya rangkaian World Cup 2022 tersebut cukup banyak kabar-kabar buruk yang berhembusan.

Misalnya saja banyaknya buruh yang digadang-gadang tereksploitasi. Kurangnya bayaran yang sesuai, pengusiran tenaga kerja asing, overtime saat bekerja, dan lainnya.  Dikutip dari The Guardian, lebih dari 6.500 buruh migran yang membangun infrastruktur untuk Piala Dunia 2022 di Qatar dilaporkan tewas. Namun, menurut penulis buku Digital Authoritarianism in The Middle East Marc, Owen Jones, dalam akun Twitter-nya menyebutkan bahwa jumlah tersebut sebenarnya mengacu pada semua kematian pekerja migran apapun penyebab kematiannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline