Yang semangat hidup, dipanggil Tuhan
Yang berumur panjang, rindu kematian
Kutipan di atas adalah kutipan di halaman awal yang menunjukkan realitas kehidupan terlebih ketika bertemu dengan penderitaan dan kejahatan.
Saya tidak sedang mengajak kita menelaah takdir secara filosofis atau doktrinal keyakinan-keyakian tertentu. Pembahasan takdir bukanlah topik yang sederhana. Butuh banyak diskusi dari orang-orang yang punya kapasitas di bagian itu. Saya hanya akan fokus pada apa yang saya dapatkan dari membaca.
Kalau kita ngomongin takdir, maka kesan yang saya peroleh adalah ketidakberdayaan kita sebagai makhluk yang fana. Kenapa? Karena 'takdir' membuat kita seperti tidak bisa apa-apa. Jalan hidup kita sepenuhnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Bagaimana dengan kehendak (will) yang kita punya? Inilah yang kita sebut nasib. Nasib ini bagian dari konsekuensi pilihan-pilihan yang kita buat. Tuhan dalam kedaulatan-Nya memang menentukan kita mau seperti apa, tetapi pilihan-pilihan yang kita buat akan menentukan nasib kita. Dan 'takdir' justru menunjukkan bagaimana hidup kita sudah dijamin oleh yang Mahakuasa. Tergantung respons yang kita berikan melalui pilihan-pilihan hidup yang kita putuskan.
Buku ini terdiri dari 12 takdir (cerita) dengan berbagai sudut pandang profesi dan latar belakang kehidupan para tokoh.
Takdir 1: Dibuang Sayang, tentang seorang traveller yang mengalami de javu kecelakaan pesawat.
Takdir 2: Serupa dan Serapuh, tentang bintang TV (aktor) yang terkenal, tetapi merasa tidak bebas. Untuk mendapatkan kebebasannya kembali, maka ia harus melakukan pengorbanan.
Takdir 3: Duta Rumah Tangga, tentang seorang content creator yang pintar sekali merekayasa konten di sosial medianya. Ia lihai mengubah skenario dengan cepat, termasuk di detik-detik kematian suaminya.
Takdir 4: Kunci Pencari Pintu, tentang seorang pembuat pintu yang sebentar merasa mujur, sebentar lagi hancur.