Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan tahir

Membaca ,menulis, berbicara

Menteladani Sikap Kritis Guru Tua sebagai Penangkal Radikalisme dan Ekstrimisme

Diperbarui: 17 Mei 2021   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Oleh : Muhammad Ramadhan Tahir (Ketua GEMA Alkhairaat dan Ketua Forum Pemuda Peduli Desa Indonesia)

Guru Tua begitulah sapaan akrab para masyarakat lembah palu memanggil Sayid Idrus Bin Salim Aljufri. Beliau adalah termaksud ulama di kalangan hadrami yang memilih Indonesia untuk menyebarkan Agama Islam.

Banyak yang tahu bahwa Guru Tua hanya sebagai tenaga pendidik yang modern pada saat itu, namun Guru Tua tidak hanya sebagai tenaga pendidik. Guru Tua juga terlibat Aktif dalam perpolitikan Indonesia baik di tingkat Lokal maupun Nasional. Sikap politik Guru Tua bukan bersifat praktis ataupun pragmatis namun sikap Politik Guru Tua lebih bersifat Ideologi. Keterlibatan Guru Tua dalam perpolitik sudah jauh beliau lakukan sebelum datang di Indonesia, ini terlihat dari sikap Guru Tua menentang kolonialisme dari kerajaan Britania Raya. Aktivitas politik Guru Tua pada saat itu  untuk mencari dukungan negara-negara tetangga yang mayoritas muslim bersama sahabatnya Sayed Abdurahman guna ingin melepaskan diri dari penjajahan Britania Raya dan memerdekakan tanah kelahiran beliau Hadramaut.

Setelah memilih Indonesia tepatnya lembah palu dalam melakukan segala aktivitasnya Guru Tua membentuk sebuah wadah Pendidikan dan Dakwah yang diberi Nama Alkhiaraat. Guru Tua sadar betul bahwa dengan pendidikan bangsa Indonesia bisa terlepas dari kolonialisme dan penindasan. Karena bangsa yang terdidik akan terciptanya negara yang kuat dan sejahtera, bangsa yang terlepas dari kebodohan maka akan terbebas pula dari kesengsaraan. Pendidikan Alkhairaat pun bertujuan memanusiakan manusia dengan membentuk insan kamil di diri setiap peserta didik.

Dalam pembentukan lembaga Alkhairaat Guru Tua tidak sendiri bahu membahu bersama masyarakat Palu dan peran penting dari istri beliau Ince Ami. Ince Ami adalah tokoh bangsawan di lembah palu, dengan memberikan hampir seluruh kekayaan beliau guna mendirikan dan memajukan Alkhiaraat. Ince Ami diibaratkan seperti sosok Sitti Khadijah istri Rasulullah yang berperan penting dalam penyebaran Agama Islam pada Saat itu.

Dengan terbentuknya Alkhairaat pada  14 Muharram 1349 atau 30 Juni 1930. Guru tua melakukan segala aktivitasnya mendidik, berdakwah bahkan terlibat dalam politik-politk yang ideal.

Sikap Guru Tua di Masa-masa Kolonialisme dan Menolak Gerakan Separatisme

 Pada satu masa terjadi pertentangan di kalangan keturunan Hadrami, perdebatan itu mempertanyakan sikap atas bentuk rasa Nasionalisme dari keturunan Hadrami. Pergumulan tarik ulur tentang identitas kebangsaan yang hebat dikalangan keturunan Hadrami, merupakan pandangan bahwa kalangan Hadrami berasal dari satu Watan (tanah air) Hadramaut, yang berarti pula menuntut kesetiaan yang besar terhadap tanah air tersebut (Gani Jumat; 2012).

            Dibentuklah PAI (Persatuan Arab Indonesia) pada bulan oktober 1934 di semarang dan Abdurahman Baswedan sebagai Ketua. Pembentukan PAI ini guna mencari titik temu atas perdebatan diantara keturunan Hadrami. Setelah perdebatan yang alot akhirnya PAI membentuk sumpah pemuda Indonesia keturunan Arab, yang mana sebagai berikut;

  • Tanah air peranakan Arab adalah Indonesia
  • Karenanya mereka harus meninggalkan kehidupan meyendiri (isolasi)
  • Hadramaut diakaui sebagai tanah air nenek moyang, dan
  • Bahasa Arab harus digunakan sebagai bahasa Islam, dan harus  diperhatikan seperti bahasa Indonesia.

Atas sumpah ini pertentangan diantara para kalangan Hadrami bisa mencapai pada titik kesepakatan tentang Nasionalisme. Namun disatu sisi Guru Tua tidak pernah menyoalkan tentang Rasa Nasionalisme beliau rasa cinta terhadap Indonesia beliau dedikasikan dengan menghabiskan waktu untuk terus mengajar dan mendidik bangsa Indonesia. Pada masa kolonialisme Jepang Alkhairaat sempat di tutup paksa karena tentara jepang mencurigai Alkhairaat memberikan propaganda dan mengajarkan masyarakat tentang perjuangan untuk terlepas dari penindasan kolonial Jepang. Kecurigaan Jepang ini pun terbukti ketika santri Alkhairaat diajarkan kitap Izah al-nashiin (motivasi bagi pemuda), karya Mustafa Al-ghalayini, dalam kitap ini terdapat pembahasan tentang revolusi dan kebudayaan, kemerdekaan, kebebasan dan ragamnya, kekuasaan dan kepemimpinan dan lain lain kitap ini memiliki 14 bab Pembahsan.

Pengajaran kitap ini ialah bentuk kecintaan Guru Tua terhadap Bangsa Indonesia, dengan pemuda intelektual penindasan dan kemerdakan bisa dicapai guna membentuk welfare state (negara kesejahteraan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline