Lihat ke Halaman Asli

rahmi yanti

Bismillah

Perubahan Ekonomi Global 2024-2025 : Stabilitas Rapuh di Tengah Ketidakpastian

Diperbarui: 31 Mei 2025   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Perubahan Ekonomi Global 2024--2025: Stabilitas Rapuh di Tengah Ketidakpastian...

1. Pertumbuhan Global Stabil, Namun Di Bawah Rata-rata Historis

Menurut IMF, pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan sebesar 3,2% pada 2024 dan 3,3% pada 2025---lebih rendah dari rata-rata historis pra-pandemi sebesar 3,7%  . Inflasi global diperkirakan menurun dari 5,8% pada 2024 menjadi 4,3% pada 2025, dengan penurunan lebih cepat di negara maju dibandingkan negara berkembang  .

 2. Negara Berkembang Hadapi Tantangan Berat

Bank Dunia menyatakan bahwa negara berkembang, yang menyumbang 60% pertumbuhan global, menghadapi prospek pertumbuhan jangka panjang terlemah sejak awal abad ke-21.  Pertumbuhan di negara-negara ini diperkirakan sekitar 4% hingga 2026, tidak cukup untuk mengurangi kemiskinan secara signifikan  .

 3. Ketegangan Perdagangan dan Proteksionisme Meningkat

Peningkatan tarif dan kebijakan proteksionis, terutama oleh Amerika Serikat, telah menyebabkan ketidakpastian investasi dan perlambatan perdagangan global.  Citigroup memperingatkan bahwa tarif di atas 25% dapat memaksa perusahaan untuk merestrukturisasi operasi mereka secara signifikan  .

 4. Pasar Keuangan Bergejolak

Pada April 2025, pasar saham global mengalami penurunan tajam setelah pengumuman tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump, yang memicu kekhawatiran resesi global  . Penurunan peringkat kredit AS oleh Moody's juga menyebabkan lonjakan imbal hasil obligasi dan pelemahan dolar  .

 5. Investasi Global Tumbuh, Namun Tidak Merata

Investasi global meningkat sebesar 3,4% pada 2024, didorong oleh investasi di Asia Timur dan Selatan, khususnya di sektor manufaktur dan teknologi tinggi.  Namun, investasi di Amerika Latin dan Afrika tetap lemah karena volatilitas harga komoditas dan ketidakstabilan politik  .

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline