Oleh : Rahmat Hidayat
Mahasiswa Semester 5 Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Kelas MPI C
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Pencarian pengetahuan merupakan upaya fundamental manusia dalam memahami realitas. Dalam perjalanannya, lahir dua pendekatan besar: paradigma ilmiah (scientific) dan alamiah (naturalistic). Paradigma ilmiah mengedepankan objektivitas dan pengukuran kuantitatif untuk mencari kebenaran universal. Sebaliknya, paradigma alamiah menekankan pemahaman mendalam atas makna dan konteks subjektif melalui pendekatan kualitatif.
1. Paradigma Ilmiah: Mengukur dan Menganalisis Realitas
Paradigma ilmiah berakar pada positivisme yang memandang realitas sebagai objektif, terukur, dan dapat diprediksi. Pengetahuan sah diperoleh melalui metode empiris, observasi, dan verifikasi hipotesis dengan tujuan menemukan hukum universal. Pendekatan ini menekankan data kuantitatif, analisis statistik, dan eksperimen terkontrol untuk menghasilkan generalisasi, menjaga objektivitas, serta mengurangi bias subjektif dalam ilmu alam maupun sosial.[1]
2. Paradigma Alamiah: Memahami Makna dalam Konteks
Paradigma alamiah (interpretivis) menolak realitas yang sepenuhnya objektif dan memandangnya sebagai konstruksi sosial yang kompleks serta kontekstual. Fokusnya bukan pada prediksi atau generalisasi, melainkan pada pemahaman makna dan pengalaman individu. Penelitian dilakukan secara kualitatif melalui wawancara, observasi, dan analisis naratif, terutama dalam studi budaya, sosiologi, dan antropologi.
3. Ketegangan Paradigma: Dikotomi dalam Pencarian Kebenaran?