Lihat ke Halaman Asli

Rachmat PY

TERVERIFIKASI

Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

Diet Plastik dan Habit "Nyampah" Kita

Diperbarui: 28 Februari 2019   17:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemulung sampah dan kantong plastik. (Sumber: Djarum Foundation dan IG @siapdarling.

INVASI  sampah plastik merambah ke mana-mana. Bukan saja menjadi sampah di sekitar lingkungan kita namun jauh, hingga mencemari lautan. Sampah plastik sudah sampai pada titik potensi ancaman kehidupan. 

Bagai pisau bermata dua, plastik bermanfaat untuk menunjang kehidupan, namun di satu sisi kita harus mengendalikan dan bijak penggunaannya. Ada manfaat, ada bahaya.

Rutinitas keseharian kita itu, tak sedikit didukung oleh kontribusi bahan plastik.  Plastik menjadi bagian yang hampir tak terpisahkan dari hidup kita. Sosok plastic ada di alat rumah tangga di rumah, sarana dapur, ruang tidur dan lainnya. Plastik sangat dibutuhkan. Ketergantungan hidup pada plastik sampai pada titik yang mengharuskan kita untuk 'diet plastik', demi mengurangi kontribusi sampah dari bahan plastik.  Apalagi sampah plastik sulit diurai.

Namun plastik juga meresahkan dengan potensi ancaman yang menyertainya, saat plastik sudah menjadi sampah.  Invasi sampah plastik di lingkungan bisa kemana saja termasuk termasuk lautan. Hewan, tumbuhan, manusia pun menjadi terancam.

Mengurangi ketergantungan penggunaan terhadap plastik, menjadi hal tak terhindarkan. Seperti halnya obesitas, diet plastik menjadi penting dilakukan demi mengurangi  menggunungnya sampah plastik. 

Ajakan dan gerakan diet plastik sudah sering digaungkan. Tak sedikit yang bergaya hidup sehat, dengan perilaku diet plastik. Jadi gaung itu tak boleh berhenti. Harus lebih disemburkan berulang-ulang.  

Kita Sadar Bahaya Sampah Plastik, Tapi Kapan Kita Sadar Lingkungan?

Ingat peristiwa kematian  ikan paus sperma yang terdampar di Pulau Kapota, Wakatobi, Sulawesi Tenggara pada November tahun lalu, dan santer diberitakan media?

Ikan itu mati. Di dalam perutnya ditemukan sampah plastik sebanyak 5,9 kg!  Penemuan 'aneh' itu mempertegas ancaman serius sampah plastik. Bahwa laut yang sedemikian jauhnya berjarak, plastik pun invasinya sampai kesana. Faktor manusia tak dipungkiri berperan di dalamnya.

Kasus serupa, banyak hewan laut makan plastik. Kok bisa? Laut tercemar. Mengutip dari instgaram @siapdarling yang mengkampanyekan gerakan sadar lingkungan itu, bahwa  sampah plastik di laut sangat banyak sehingga hewan-hewan laut tak bisa membedakan yang mana makanan, yang mana plastik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline