Lihat ke Halaman Asli

malam pertama taraweh keliling

Diperbarui: 5 Maret 2025   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto colase : di mesjid Jami Al-intiqol-Kp.Leles-Sindangsari-Pasarkemis-Tangeran

Malam Pertama  Taraweh Keliling.

Mesjid Jami Al-Intiqol-Kp.Leles-Sindangsari-Pasarkemis-Tangerang

Jum'at, 28 Februari 2025

Oleh: Hendrawijaya*

Malam pertama Ramadan 1446 H tiba, dengan semangat yang membuncah, setelah makan bersama, aku dan kedua putraku, Rama dan Rayina, bersiap untuk tarawih keliling (tarling) pertama kami. Tahun ini, tarawih keliling terasa sedikit berbeda. Putra sulungku, yang biasa ikut serta, kini sudah mondok di pesantren. Tapi aku masih punya dua sahabat kecil yang siap menemani perjalanan ini, terutama Rayina, bocah empat tahun yang baru pertama kali ikut tarawih kelilingku.

Tradisi tarawih keliling ini sudah aku lakukan sejak lima tahun lalu. Awalnya, aku hanya ingin merasakan suasana berbeda di tiap masjid, menikmati lantunan ayat-ayat suci dari berbagai imam, dan mengenalkan anak-anakku pada kebersamaan umat Islam dalam beribadah. Tapi semakin lama, aku sadar bahwa tarawih keliling bukan sekadar perjalanan fisik. Ini adalah perjalanan spiritual, mengajarkan anak-anakku arti ketekunan, keberagaman, dan betapa luasnya persaudaraan dalam Islam. Aku ingin mereka merasakan bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga rumah bagi setiap muslim di mana pun berada.

"Kita ke mana malam ini, Yah?" tanya Rama dengan mata berbinar.

Aku tersenyum sambil mengusap kepala mereka. "Kita mulai dari Masjid Jami Al-Intiqol, masjid besar di kampung kita. Besok kita coba tempat lain."

Suara takbir dan azan Isya bergema, menggema di jalanan yang mulai sepi dari hiruk-pikuk siang hari saat kami bertiga menuju Masjid Jami Al-Intiqol yang berdiri megah di tengah kampung kami.  Langit malam begitu cerah. Bintang-bintang bertaburan, seakan menyambut langkah-langkah kami menuju masjid pertama shalat tarawih kami,  malam ini jamaahnya begitu antusias.

Mata kami langsung tertuju pada kemegahan bangunannya. Masjid itu berdiri kokoh di tengah permukiman Kampung Leles, seakan menjadi mercusuar keimanan bagi siapa saja yang memandangnya. Kubah utama besar berwarna biru muda tampak berkilau diterpa cahaya lampu sorot, seolah melambangkan kesejukan-kedamaian  Islam yang senantiasa menyinari hati para jamaah. Tepat di bawah kubah itu, barisan jendela kaca patri berwarna-warni membentuk pola geometris islami, memantulkan cahaya lembut yang menambah kesan sakral.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline