Lihat ke Halaman Asli

Qomaruddin

TERVERIFIKASI

Copywriter yang tertarik pada isu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat | Humas Al Irsyad Purwokerto | Redaktur Suara Al Irsyad

AWAS! Jangan Biarkan Anak Tumbuh Pintar tapi Rapuh

Diperbarui: 13 September 2025   11:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuat atau rapuhnya generasi muda bergantung apakah kita serius atau lalai dalam mendidik mereka (Sumber: freepik.com/jcomp)

Sudah bukan masanya lagi keberhasilan anak-anak hanya diukur dari nilai rapor atau kebanggaan saat diterima di sekolah dan kampus favorit. Angka memang bisa memberi gambaran, tetapi ia bukan satu-satunya ukuran yang menentukan arah hidup.

Kita perlu waspada: banyak anak tumbuh pintar secara akademik, tetapi rapuh ketika berhadapan dengan tantangan kehidupan nyata.

Dunia tempat mereka akan hidup ibarat lautan luas yang tak selalu tenang dan ramah. Perubahan terjadi begitu cepat, pekerjaan baru bermunculan, sementara yang lama hilang digantikan teknologi. Persaingan semakin ketat, dan tantangan sosial juga makin kompleks. Di tengah situasi ini, kecerdasan akademik saja tidak cukup. Anak-anak kita membutuhkan bekal lain: ketangguhan mental, kemampuan berkomunikasi, dan keberanian untuk memimpin, sekecil apa pun lingkupnya.

Belajar dari Kondisi Hari Ini

Dalam keseharian, kita sering melihat anak-anak yang cemerlang di atas kertas, tetapi kesulitan saat harus berbicara di depan umum. Ada pula yang sangat terampil menyelesaikan soal matematika, tetapi bingung ketika diminta bekerja sama dalam kelompok. Bahkan, tidak jarang anak-anak merasa sangat terpukul hanya karena sekali mengalami kegagalan.

Saya sendiri pernah mengalaminya secara langsung. Beberapa kali ada anak baru yang direkomendasikan masuk tim promosi  karena memiliki nilai akademik yang sangat bagus dari kampus favorit, bahkan mampu mengerjakan tes tulis dengan hasil yang hampir sempurna. Namun, di rapat perdana, mereka tampak kesulitan menyampaikan gagasan dalam forum. Saat muncul perbedaan pendapat, mereka justru terlihat kaku dan tidak tahu bagaimana harus merespons.

Pengalaman ini membuat saya semakin yakin bahwa kecerdasan akademik saja tidak cukup. Dunia kerja dan kehidupan nyata menuntut keterampilan yang berbeda---keterampilan yang tidak bisa diukur lewat ujian tulis. Bila kita hanya terpaku pada angka, ada potensi besar dari generasi muda yang bisa terbuang sia-sia hanya karena mereka tidak sempat mendapat ruang untuk belajar keterampilan sosial dan kepemimpinan.

Bekal yang Tidak Tertulis di Rapor

Ada sejumlah keterampilan yang jarang terlihat dalam angka rapor, tetapi sangat menentukan dalam hidup.

Anak-anak perlu ketangguhan mental, agar tidak mudah menyerah ketika gagal. Mereka juga perlu kepemimpinan, bukan hanya untuk memimpin orang lain, tetapi juga untuk memimpin dirinya sendiri---berani mengambil keputusan, belajar mendengarkan, dan memberi teladan.

Selain itu, kemampuan untuk berorganisasi dan mengatur diri penting agar mereka bisa bekerja sama, mengelola waktu, dan bertanggung jawab. Dan tentu saja, komunikasi sosial menjadi kunci untuk membangun hubungan yang sehat, memahami orang lain, dan tumbuh dengan empati.

Keterampilan ini adalah bentuk pemberdayaan sejati. Dengan bekal tersebut, anak-anak bisa tumbuh percaya diri, mampu menghadapi perubahan, dan menemukan cara untuk berkontribusi bagi lingkungannya.

Peran Kita dalam Menyiapkan Lingkungan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline