Lihat ke Halaman Asli

Qomaruddin

TERVERIFIKASI

Copywriter yang tertarik pada isu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat | Humas Al Irsyad Purwokerto | Redaktur Suara Al Irsyad

UMKM dan Ramadhan: Menyambut Gaya Belanja Gen Z dengan Optimisme

Diperbarui: 9 Februari 2025   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Gaya Belanjan Gen Z (Sumber: freepik.com/freepik)

Ramadan selalu membawa semangat baru bagi masyarakat Indonesia. Suasana lebih hangat, kebersamaan lebih terasa, dan tentu saja, roda ekonomi bergerak lebih cepat. Dari pasar tradisional hingga warung kecil, dari gerai kaki lima hingga toko online, semua merasakan berkahnya.

Bagi pelaku UMKM, Ramadan adalah saat yang paling dinanti. Permintaan naik, pelanggan berdatangan, dan omzet bisa meningkat berkali lipat.

Namun, di tengah semangat ini, ada perubahan yang tidak bisa diabaikan. Cara orang berbelanja kini tidak lagi sama, terutama di kalangan anak muda atau Generasi Z.

Anak-anak muda ini lahir di era digital. Mereka lebih akrab dengan layar ponsel dibanding etalase toko. Mereka mencari barang dengan mengetik di kolom pencarian, bukan berjalan dari satu kios ke kios lain. Perbandingan harga dilakukan dalam hitungan detik, bukan dalam perjalanan dari satu pasar ke pasar lain. Bagi UMKM yang masih mengandalkan cara jualan tradisional, perubahan ini mungkin terasa menantang. Tapi sebenarnya, ini adalah peluang besar.

Ketika Gen Z Memilih Cara Baru Berbelanja

Di masa lalu, menjelang Ramadan dan Lebaran, pasar-pasar tradisional selalu penuh sesak. Ibu-ibu sibuk mencari bahan makanan, para ayah berburu pakaian baru untuk anak-anak, dan para pedagang berteriak menawarkan dagangan mereka. Kini, pemandangan seperti itu tetap ada, tetapi tak lagi mendominasi. Banyak orang, terutama generasi muda, lebih memilih mencari kebutuhannya melalui ponsel.

Bagi Gen Z, belanja bukan sekadar transaksi, tetapi juga pengalaman. Mereka tertarik pada produk yang punya cerita, yang memiliki nilai lebih dari sekadar fungsi. Jika sebuah UMKM menjual kurma, mereka ingin tahu asal-usulnya. Apakah berasal dari petani lokal? Apakah ada nilai islami yang diperkenalkan dalam proses produksinya? Mereka mencari makna dalam setiap pembelian.

Selain itu, kecepatan adalah segalanya. Mereka ingin semua berjalan cepat dan praktis. Jika bisa membeli dengan sekali klik dan barang langsung diantar ke rumah, mengapa harus repot datang ke toko? Mereka juga selalu mencari promo terbaik. Ramadan adalah bulan penuh berkah, dan bagi mereka, berkah itu bisa berarti diskon menarik atau paket spesial.

Namun, meskipun keputusan membeli sering dilakukan dengan cepat, mereka tetap ingin merasa yakin. Sebelum berbelanja, mereka akan mencari ulasan pelanggan lain. Jika sebuah produk memiliki banyak testimoni positif, kepercayaan mereka akan meningkat.

Menyesuaikan Langkah agar UMKM Tetap Menjadi Pilihan

Menghadapi pola belanja yang berubah ini, UMKM tidak perlu merasa kalah. Tidak harus langsung menguasai teknologi canggih atau menjadi ahli digital marketing. Cukup dengan langkah sederhana, perubahan besar bisa dimulai.

Salah satu cara termudah adalah memanfaatkan WhatsApp sebagai media utama dalam berjualan. Banyak pelanggan merasa lebih nyaman memesan melalui chat dibanding datang langsung ke toko. Dengan memastikan nomor WhatsApp selalu aktif dan respons cepat, UMKM bisa tetap dekat dengan pelanggan. Lebih baik lagi jika menggunakan WhatsApp Business, yang memungkinkan pembuatan katalog produk secara sederhana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline