Lihat ke Halaman Asli

Putri Beny Mawarsih

Beban keluarga

Ribet Jadi Manusia, Pengen Jadi Kaktus Aja

Diperbarui: 12 Januari 2021   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dahulu saat saya masih anak anak, berusia sekitar tujuh tahun. Ketika ditanya bunga apa yang saya sukai, dengan lantang saya akan menjawab bunga mawar. Saya rasa sangat wajar anak-anak seusia saya dulu menyukai bunga dengan warna-warna yang indah. Misalnya bunga mawar, matahari, anggrek. Atau menyukai bunga-bunga dengan bau yang harum, misalnya bunga sedap malam, kenanga, melati.

Namun, kini berbeda seiring bertambahnya usia dan masalah yang ada. Jika pada usia kedua puluh satu ini ada yang bertanya bunga apa yang saya sukai, maka saya akan dengan yakin menjawab kaktus. Bahkan jika bisa, saya ingin menjadi kaktus. Bukan karena warnanya, bukan karena baunya, tapi karena filosofi dibaliknya.

Kaktus yang mempunyai nama latin Ferocactus pilosus merupakan golongan tanaman ini sukulen karena mampu menyimpan persediaan air di batangnya. Kaktus biasa ditemukan di daerah-daerah yang kering. Kaktus tetap dapat hidup meskipun di lingkungan yang minim air. Meskipun begitu, kaktus dapat memunculkan bunga yang indah.

Menurut saya, kaktus adalah bunga yang istimewa. Mengapa demikian? Dari tanaman kaktus, kita dapat mempelajari banyak hal. Kaktus melambangkan kekuatan bagi seseorang yang sedang mengalami masa-masa sulit. Dari tanaman ini kita dapat mempelajari makna kesabaran, perlindungan diri, kemandirian, kekuatan mental, dan mencintai diri sendiri.

Kaktus dapat tumbuh dengan ada atau tidak adanya air. Kaktus tidak layu meskipun kekurangan air. Padahal semua makhluk hidup pasti membutuhkan air. Dari sini kita dapat belajar arti dari kesabaran. Sabar merupakan sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh. Terkadang kita tidak memperoleh apa yang kita inginkan, dikecewakan oleh ekspektasi, dihancurkan oleh kenyataan. Dari situlah kita dilatih untuk selalu bersabar. 

Pernah gak kalian mengamati kaktus? Ada apa di batangnya? Yup, benar, di batang kaktus terdapat duri-duri kecil. Sebenarnya duri-duri tersebut merupakan daun dari kaktus yang berfungsi untuk mengurangi penguapan.

Selain itu, duri-duri yang ada pada kaktus berfungsi sebagai perlindungan diri kaktus. Tidak mudah untuk menyentuh kaktus. Seperti itulah seharusnya manusia. Harus mempunyai perlindungan diri agar tidak mudah dijangkau oleh sembarangan orang. Perlindungan diri tidak serta merta hanya tentang kekuatan fisik saja, tapi juga bisa dari keimanan, mental, dan pikiran. 

Bagi saya, kaktus adalah tanaman yang tidak manja. Kaktus dapat hidup secara mandiri. Hal itulah yang dapat dipelajari oleh manusia. Memang benar sejatinya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Namun, di tengah kehidupan yang rumit ini, tidak ada yang dapat diandalkan selain diri sendiri. Berharap kepada orang lain merupakan usaha untuk mejemput rasa kecewa secara sadar. Selagi mampu untuk dikerjakan sendiri, maka kerjakan. Tidak ada yang salah dengan hidup mandiri, asalkan kemandirian asalkan tetap memperhatikan rasa kemanusiaan.

Tanaman kaktus merupakan tanaman yang kuat, meskipun hidup di gurun pasir yang panas, kaktus tetap mampu bertahan. Sudah seyogyanya jika manusia belajar kekuatan dari kaktus.

Semesta terkadang memang suka bercanda. Menghadirkan tawa lalu memberikan luka. Meninggikan harapan kemudian dihancurkan kekecewaan. Maka tugas manusia adalah menjadikan diri lebih kuat. Dikuatkan kembali mentalnya agar tidak hancur diterpa kenyataan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline