Di negeri yang penuh nilai, hiburan seharusnya menghibur bukan melukai.
---
Belakangan ini media sosial ribut lagi.
Sebuah acara televisi nasional, Expose Uncensored yang tayang di Trans7, dinilai menyinggung pesantren dan kehidupan santri. Tayangan itu menampilkan narasi yang dianggap melecehkan simbol keagamaan dan kehidupan pondok.
Tak butuh waktu lama, masyarakat langsung bereaksi. Tagar #BoikotTrans7 dan #BelaPesantren ramai di media sosial. Banyak yang menilai, tayangan tersebut sudah kelewatan dan seolah lupa bahwa pesantren bukan sekadar tempat belajar agama, tapi juga pusat moral dan pendidikan karakter bangsa.
Sebagai warga kecil yang hidup di kampung dan masih menjunjung nilai agama, aku cuma bisa geleng kepala. Kadang heran juga, kok bisa acara seperti itu lolos sensor dan ditayangkan di TV nasional? Bukankah setiap stasiun punya tim etik yang seharusnya menilai isi siaran?
Televisi itu cermin masyarakat. Tapi kalau yang ditampilkan justru menertawakan hal yang sakral, apa yang mau dicontoh generasi muda?
Anak-anak menonton tanpa filter, orang tua percaya tanpa curiga. Padahal yang ditayangkan bisa membentuk cara pandang masyarakat terhadap agama dan pendidikan.
Aku bukan ingin marah, bang. Kritik boleh, hiburan sah, tapi ada garis yang namanya adab. Sekali itu dilanggar, yang terluka bukan cuma satu lembaga, tapi seluruh masyarakat yang masih menghargai sopan santun.
Tulisan ini bukan untuk memancing emosi, tapi untuk mengingatkan.