Lihat ke Halaman Asli

Speak for the Species: Harapan Baru bagi Harimau Sumatera Lewat Inovasi dan Aksi Konservasi

Diperbarui: 7 September 2025   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemasangan Kamera Jebak (Sumber: PAGARI Koto Rajo)

Di kedalaman hutan tropis Sumatera, jejak kaki harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) masih menghiasi lumpur, dan aumannya sesekali menggema di antara pepohonan. Namun, kesunyian yang mulai menyelimuti habitat mereka mengisyaratkan bahwa waktu kita untuk bertindak tidak lagi panjang. Populasi mereka terus merosot. Saat ini diperkirakan hanya tersisa sekitar 400 individu di alam liar, menjadikan mereka satwa critically endangered yang membutuhkan perhatian segera.

Ancaman Berkepanjangan: Krisis yang Nyata

Populasi harimau sumatera regional menunjukkan tren menurun yang mengkhawatirkan, meskipun ada titik terang di beberapa taman nasional. Di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), misalnya, populasi harimau diperkirakan berada di rentang 115-130 ekor menurut survei terbaru menggunakan metode seperti SWTS, MaxEnt, dan kamera jebak. Sementara data sebelumnya sempat menyebut 150-180 ekor, kini angka yang lebih konservatif tersebut menjadi acuan.

Krisis konservasi ini dipicu oleh kerusakan habitat, konversi lahan hutan menjadi perkebunan, serta perburuan ilegal. Seperti disampaikan oleh Ketua Forum HarimauKita, Iding Achmad Haidir:

"Kondisi populasi harimau sudah darurat konservasi... Penetrasi manusia sudah mencapai 80 % di seluruh hutan konservasi yang menjadi habitat harimau."

Statistik ini menyayat hati tanpa langkah nyata, tak hanya harimau yang hilang, tetapi juga keseimbangan ekosistem yang mereka jaga.

Konservasi Modern: Teknologi dan Komunitas Berkolaborasi

Meski situasinya genting, masih ada sinar harapan: inovasi yang lahir dari berbagai lini teknologi canggih, solidaritas masyarakat lokal, hingga pendekatan edukasi yang humanis.

  • Teknologi visual: Kamera Jebak

Camera trap terus menjadi mata saksinya hutan. Kini, data citra yang dikumpulkan semakin mudah dikelola lewat teknologi, mempercepat identifikasi pola perilaku, area jelajah, dan jumlah individu harimau.

  • SMART Patrol & Pelacakan GPS

Sistem SMART (Spatial Monitoring And Reporting Tool) membantu mengelola data patroli, titik jerat, dan jejak satwa secara digital, memudahkan respons cepat terhadap ancaman. GPS tracking mendetail memberikan peta perilaku harimau, yang berguna untuk desain koridor satwa dan zona aman.

  • Kearifan Lokal: PATROLI Anak Nagari

Di Sumatera Barat, program PAGARI (Patroli Anak Nagari) berhasil melibatkan masyarakat adat sebagai garda terdepan. Masyarakat turun langsung ke hutan, melepas jerat, dan melaporkan aktivitas mencurigakan menjadikan konservasi sebagai gerakan kolektif, bukan program eksternal.

  • Edukasi Berbasis Komunitas dan Kreativitas
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline