Oleh: Melya Hayati (2324006)
Dosen Pengampu:
Gandhes Sembodro Budy,. S. Pd., M. Pd
PENDAHULUAN
Anak usia dini (AUD), yang berada pada rentang usia 0 hingga 6 tahun, merupakan kelompok usia yang berada pada fase krusial dalam proses tumbuh kembang, baik secara fisik, kognitif, sosial, maupun emosional. Dalam fase ini, dunia anak adalah dunia yang penuh warna---emosi menjadi kompas utama yang menuntun perilaku mereka sebelum logika berkembang lebih jauh. Meski belum mampu mengungkapkan semua perasaan lewat kata-kata, anak sebenarnya menyampaikan banyak hal lewat ekspresi wajah, nada suara, dan bahasa tubuh. Pada salah satu aspek emosi misalnya, emosi merupakan aspek krusial dalam kehidupan manusia, terlebih pada anak usia dini (AUD) yang sedang berada pada fase eksplorasi dan pembentukan jati diri. Di usia emas ini, pemahaman serta respons terhadap berbagai jenis emosi mulai terbentuk dan memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan sosial, kognitif, dan moral anak ke depannya. Namun, banyak orang tua dan pendidik belum sepenuhnya memahami bagaimana pentingnya mendampingi perkembangan emosi anak secara tepat. Padahal, kemampuan mengenali dan mengelola emosi sejak dini sangat berkaitan erat dengan keberhasilan anak dalam berinteraksi sosial, menyelesaikan konflik, serta membentuk karakter yang tangguh di kemudian hari (Denham et al., 2019; Thompson, 2021).
ISI
Mengenali emosi anak sejak dini bukan hanya penting untuk membangun komunikasi yang lebih baik, tetapi juga sebagai upaya menanamkan dasar regulasi emosi yang akan memengaruhi karakter dan perilaku mereka di masa depan. Maka dari itu, penting bagi orang tua, guru, dan pendidik untuk memahami apa itu emosi dasar (basic emotion) dan bagaimana bentuk-bentuk emosi tersebut muncul dan berkembang dalam diri AUD.
1.Apa Itu Basic Emotion?
Istilah basic emotion atau emosi dasar pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Paul Ekman, yang menyatakan bahwa terdapat sejumlah emosi utama yang bersifat universal dan dapat dikenali lintas budaya. Emosi-emosi ini meliputi: kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, kemarahan, kejijikan, dan keterkejutan. Keenam emosi ini merupakan respons alami terhadap situasi tertentu dan muncul sejak bayi, bahkan sebelum anak memiliki kemampuan bahasa.
Ekman menjelaskan bahwa emosi dasar ini bersifat otomatis dan berkembang seiring pertumbuhan individu. Emosi-emosi tersebut menjadi landasan dalam membentuk emosi yang lebih kompleks pada tahap perkembangan selanjutnya.
2.Macam-Macam Emosi pada Anak Usia Dini
Pada anak usia dini, emosi dasar merupakan bagian awal dari rangkaian panjang perkembangan emosional. Namun seiring pertumbuhan kognitif dan interaksi sosial yang semakin luas, emosi anak pun berkembang menjadi lebih beragam. Berikut adalah beberapa jenis emosi yang umum muncul padKebahagin
a.Kebahagiaan (Joy)
Emosi ini tampak saat anak merasa senang, nyaman, atau mendapat sesuatu yang diinginkan. Ekspresi wajah ceria, tawa, dan tingkah laku aktif menjadi indikatornya.
b.Kesedihan (Sadness)
Timbul saat anak kehilangan sesuatu, merasa kesepian, atau mengalami kekecewaan. Biasanya disertai dengan tangisan, wajah murung, dan keengganan berinteraksi.
c.Kemarahan (Anger)
Muncul sebagai reaksi terhadap frustrasi atau perlakuan yang dianggap tidak adil. Anak yang marah dapat menunjukkan perilaku seperti berteriak, menangis keras, atau membanting benda.
d.Takut (Fear)
Anak usia dini mudah merasa takut pada hal-hal baru atau tidak dikenal, seperti suara keras, kegelapan, atau perpisahan dengan orang tua.
e.Kejijikan (Disgust)
Emosi ini mulai terlihat saat anak menolak makanan atau benda yang dianggap kotor atau menjijikkan.
f.Terkejut (Surprise)
Terlihat saat anak menghadapi sesuatu yang tak terduga. Emosi ini bisa menjadi pintu masuk bagi perasaan senang maupun takut, tergantung konteksnya.
g.Antusiasme dan Rasa Ingin Tahu
Meski tidak termasuk dalam kategori emosi dasar menurut Ekman, anak usia dini juga menunjukkan emosi berupa rasa penasaran dan semangat saat mempelajari hal-hal baru.
Pada anak usia dini, emosi dasar ini muncul secara alami. Misalnya, bayi tersenyum saat merasa nyaman, menangis ketika lapar, atau terkejut ketika mendengar suara keras. Seiring bertambahnya usia, anak mulai belajar mengaitkan emosi dengan situasi tertentu, memahami penyebabnya, dan mengekspresikannya secara sosial.
3.Perkembangan Emosi Dasar pada Anak Usia Dini
Perjalanan emosi anak dimulai sejak bayi. Bayi sudah bisa menunjukkan ekspresi senang dan tidak nyaman sejak minggu-minggu pertama kehidupannya. Pada usia 6 bulan hingga 2 tahun, anak mulai memperlihatkan respons emosional yang lebih jelas, seperti ketakutan terhadap orang asing, kemarahan karena mainan diambil, atau rasa senang saat bermain dengan orang tua.
Memasuki usia prasekolah (3--6 tahun), anak semakin mampu membedakan emosi yang mereka rasakan. Mereka mulai bisa menyebutkan perasaan seperti "aku sedih" atau "aku marah", meskipun belum sepenuhnya mampu mengelola atau memahami perasaan tersebut. Pada fase ini, dukungan dari orang dewasa sangat penting agar anak belajar mengenali, menamai, dan menyalurkan emosinya secara tepat.
4.Mengapa Penting Memahami Emosi Anak?
Pemahaman terhadap emosi AUD sangat penting bagi orang tua, pendidik, maupun pihak yang terlibat dalam pengasuhan. Anak yang dibimbing untuk mengenali dan mengelola emosinya sejak dini akan lebih mampu membangun hubungan sosial yang sehat, menyelesaikan konflik dengan bijak, serta memiliki regulasi diri yang kuat. Pendekatan yang tepat dalam membantu anak memahami emosinya mencakup pemberian contoh yang baik (modeling), membangun komunikasi terbuka, serta menciptakan lingkungan yang aman dan penuh kasih.
5.Peran Orang Tua dan Guru dalam Pengembangan Emosi Anak
Lingkungan keluarga dan sekolah adalah dua tempat utama yang memengaruhi perkembangan emosi anak. Orang tua berperan sebagai model dalam mengekspresikan dan mengatur emosi. Ketika orang tua merespons perasaan anak dengan empati, anak akan belajar bahwa emosinya diakui dan dihargai. Guru di lingkungan PAUD juga memiliki peran penting. Dengan menciptakan lingkungan yang aman secara emosional, guru dapat membantu anak belajar melalui kegiatan seperti bercerita, bermain peran, dan diskusi ringan tentang perasaan. Interaksi ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan emotional literacy atau literasi emosi anak.
KESIMPULAN
Mengenali dan memahami basic emotion serta emosi-emosi lain pada anak usia dini merupakan langkah awal dalam membentuk individu yang matang secara emosional dan sosial. Oleh karena itu, pendampingan yang penuh empati dan edukatif dari lingkungan sekitar menjadi kunci utama dalam mendukung perkembangan emosi anak secara optimal.
Masa kanak-kanak merupakan periode emas untuk menanamkan pemahaman dan keterampilan dalam mengelola emosi. Dengan mengenali emosi dasar dan berbagai bentuk emosi lain yang muncul pada anak usia dini, kita dapat lebih bijak dalam mendampingi proses tumbuh kembang mereka. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami konsep emosi dasar dan berbagai jenis emosi yang dialami anak usia dini. Melalui pemahaman ini, kita tidak hanya bisa merespons perilaku anak dengan lebih empatik, tetapi juga turut membentuk generasi yang lebih sehat secara emosional dan sosial.
REFERENSI
Ekman, P. (1999). Basic Emotions. In T. Dalgleish & M. Power (Eds.), Handbook of Cognition and Emotion. Wiley.
Ekman, P. (2018). Emotions Revealed: Recognizing Faces and Feelings to Improve Communication and Emotional Life. Owl Books.
Fitriani, E. (2020). Strategi Guru dalam Mengenalkan Emosi pada Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age, 4(1), 33--42. https://doi.org/10.29408/goldenage.v4i1.2020