Lihat ke Halaman Asli

Puja Nor Fajariyah

TERVERIFIKASI

Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Cara Berdamai dengan Sindrom Penipu

Diperbarui: 3 November 2020   21:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: thriveglobal.com

"I'm not a writer, I've been fooling myself and other people"
-John Steinback

Pernah tidak sih kamu merasa menjadi seorang penipu? Kamu tidak merasa pantas berada di posisi kamu sekarang, tidak merasa pantas dengan apa yang kamu miliki, kamu melihat orang-orang di sekeliling kamu lebih berkualitas, sedangkan kamu tidak. 

Ketika sederet prestasi berhasil dicatat, sebagian orang justru merasa dirinya tidak sebaik dengan yang orang lain nilai, pikiran bahwa diri selalu kurang, bahkan merasa diri sebagai seorang penipu atas prestasi yang telah berhasil ditorehkan. Tidak jauh-jauh, hal ini baru-baru saja terjadi dan aku rasakan sendiri.

Aku, sebenarnya sudah membuat akun kompasiana sejak dua tahun lalu, saat di semester awal kuliah. Hanya saja, aku baru mulai serius menulis dalam satu bulan ini. Entah mengapa,  aku merasa perlu untuk menumpahkan berbagai ide yang ada di pikiran melalui sebuah tulisan. Juga sebagai bentuk pelarian mengisi waktu senggang di sela-sela perkuliahan online

Setiap harinya, aku getol membagikan link tulisanku di snap Whatsapp dengan harapan ada dari temanku atau dosen-dosen yang mampir untuk membaca. Satu dua hari berlalu , tak terasa sudah hampir satu bulan ini aku rutin menulis. Dan tak aku sangka, mulai banyak teman-teman yang bereaksi dan bertanya,

"Eh Puj, kok kamu bisa sih dapet ide nulis tiap hari?"
"Kok kamu gak pusing tugas kuliah sih kayaknya? Kirim link tulisan mulu. Aku mah apa Puj, hanya kentang" dan lain-lain.

Dan ada beberapa dosen yang juga mengapresiasi atas beberapa tulisanku yang masuk headline, tentu saja aku merasa senang. Namun, disisi lain, ada sesuatu dalam diriku yang karenanya juga aku merasa cemas. Aku merasa terbebani, dan aku selalu saja berpikir, 

"Aku bukan apa-apa dibandingkan teman-temanku yang lain yang memiliki prestasi akademik dan lain-lainnya. Aku hanya aktif menulis karena hobi, aku pun merasa tulisanku yang masuk headline itu adalah sebuah kebetulan," 

Hal-hal ini menggelayuti pikiranku, dan aku sempat terpikir, 

"Ada apa dengan diriku? Kenapa aku selalu merasa kurang?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline