Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Cara Berdamai dengan Sindrom Penipu

28 Oktober 2020   04:00 Diperbarui: 3 November 2020   21:04 330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thriveglobal.com

"I'm not a writer, I've been fooling myself and other people"
-John Steinback

Pernah tidak sih kamu merasa menjadi seorang penipu? Kamu tidak merasa pantas berada di posisi kamu sekarang, tidak merasa pantas dengan apa yang kamu miliki, kamu melihat orang-orang di sekeliling kamu lebih berkualitas, sedangkan kamu tidak. 

Ketika sederet prestasi berhasil dicatat, sebagian orang justru merasa dirinya tidak sebaik dengan yang orang lain nilai, pikiran bahwa diri selalu kurang, bahkan merasa diri sebagai seorang penipu atas prestasi yang telah berhasil ditorehkan. Tidak jauh-jauh, hal ini baru-baru saja terjadi dan aku rasakan sendiri.

Aku, sebenarnya sudah membuat akun kompasiana sejak dua tahun lalu, saat di semester awal kuliah. Hanya saja, aku baru mulai serius menulis dalam satu bulan ini. Entah mengapa,  aku merasa perlu untuk menumpahkan berbagai ide yang ada di pikiran melalui sebuah tulisan. Juga sebagai bentuk pelarian mengisi waktu senggang di sela-sela perkuliahan online. 

Setiap harinya, aku getol membagikan link tulisanku di snap Whatsapp dengan harapan ada dari temanku atau dosen-dosen yang mampir untuk membaca. Satu dua hari berlalu , tak terasa sudah hampir satu bulan ini aku rutin menulis. Dan tak aku sangka, mulai banyak teman-teman yang bereaksi dan bertanya,

"Eh Puj, kok kamu bisa sih dapet ide nulis tiap hari?"
"Kok kamu gak pusing tugas kuliah sih kayaknya? Kirim link tulisan mulu. Aku mah apa Puj, hanya kentang" dan lain-lain.

Dan ada beberapa dosen yang juga mengapresiasi atas beberapa tulisanku yang masuk headline, tentu saja aku merasa senang. Namun, disisi lain, ada sesuatu dalam diriku yang karenanya juga aku merasa cemas. Aku merasa terbebani, dan aku selalu saja berpikir, 

"Aku bukan apa-apa dibandingkan teman-temanku yang lain yang memiliki prestasi akademik dan lain-lainnya. Aku hanya aktif menulis karena hobi, aku pun merasa tulisanku yang masuk headline itu adalah sebuah kebetulan," 

Hal-hal ini menggelayuti pikiranku, dan aku sempat terpikir, 

"Ada apa dengan diriku? Kenapa aku selalu merasa kurang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun