Lihat ke Halaman Asli

Prajna Dewi

TERVERIFIKASI

Seorang guru yang terus berjuang untuk menjadi pendidik

Mengapa Orangtua Perlu Belajar Parenting?

Diperbarui: 24 Agustus 2022   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi orangtua dan anak (tirachardz/ Freepik)

Parenting?  Memang penting? Bukankah menjadi parent, orangtua, adalah sesuatu yang alami? Jika sudah tiba saatnya orang pasti tahu harus bagaimana jadi orangtua.

Toh sejak zaman dulu kakek nenek kita tidak ada yang belajar parenting, tapi mereka berhasil membesarkan banyak anak. Mungkin itu yang ada di benak sebagian orangtua ketika diajak menghadiri kegiatan parenting. Nah, komentarnya boleh disimpan dulu, silahkan dilanjutkan membacanya.

Sesungguhnya apa itu parenting?

Parenting, secara sederhana dapat diterjemahkan sebagai pola asuh anak. Sejak anak dalam kandungan, hingga beranjak dewasa, perlakuan yang diberikan oleh orangtua kepada mereka, akan menjadi pola yang menentukan model anak ini kelak sebagai manusia dewasa.

Ibarat orang menjahit baju, pola yang kita pilih, menentukan model tampilan si baju itu sendiri. Jika sudah terlanjur menjadi sebuah baju dan kita tidak suka dengan modelnya, maka sangat sulit untuk melakukan perubahan terhadap tampilan baju tersebut. Paling maksimal kita hanya bisa melakukan perubahan minor, seperti memendekkan sedikit.

Seperti halnya orang membangun rumah, gambar kerja, blue print-nya akan menentukan bentuk bangunan itu nanti. Jangan berharap blue print satu lantai akan menghasilkan bangunan tiga lantai.

Mudah dong, Kalau begitu kita tinggal maksimalkan desain, buat se”grand” mungkin.

Ups, hati-hati, terkadang orangtua terjebak dengan pilihan pola asuh yang hanya fokus pada tujuan akhir, tanpa melihat jatuh bangunnya anak ketika menjalani prosesnya.

Seorang psikolog, pernah bercerita, mendapatkan klien anak usia sembilan tahun, yang kecerdasannya di atas rata-rata, dulu prestasinya di sekolah sangat cemerlang, namun akhir-akhir ini jauh merosot. Jadi pemurung dan menarik diri dari teman-temannya.

Setelah melalui serangkaian proses dan pendekatan, ketika anak ini diminta menuliskan apa yang diinginkannya, dia menulis “Aku ingin mama sesekali membiarkan aku bermain sesuka hati”.  

Sesederhana itu. Ternyata karena terpaku dengan grand design, mamanya menerapkan jadwal ketat kepada anak Ini. Bermain pun sudah diatur, harus mainan yang menyandang label edukatif.

Sumber: Freepik.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline