Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi | Malam yang Sedih

Diperbarui: 10 Juli 2018   22:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: dissolve.com

Purnama memandang orang-orangan sawah dengan sedih
teringat puteranya yang hilang di antara padi yang hampir dipanen petani.

Embun tak mau turun malam ini
mereka bersedih karena tanah menolak memberi makan rerumputan
rerumputan pun memohon agar embun membawanya ke langit.

Angin bersiul di tangga nada minor
pertanda pantai akan meniupkan elegi ke laut
hanya telinga pesut yang bisa mendengar
tapi hati nelayan tua akan tergetar.

Dan sampailah kita pada buih ombak yang enggan berpisah dari butir-butir pasir
mereka bergumul semalam suntuk sehingga tidak memerhatikan seorang putera yang tersesat
di antara teluk dan tanjung
mencari muara sungai yang akan membawanya kembali ke gunung
tempat padi-padi menunduk takzim
dan rumput mencerna sari-sari kehidupan dari tanah.

Tak ada yang bisa dibagikan malam ini selain kesedihan.

Biar
kunang-kunang menari memanggil matahari
siapa tahu di halaman berikutnya kita menemukan senyum semesta
yang hilang malam ini.

---

kota daeng, 10 Juli 2018

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline