Lihat ke Halaman Asli

PETRUS PIT SUPARDI

TERVERIFIKASI

Menulis untuk Perubahan

Merindukan Papua Damai, Ungkapan Suara Hati Tokoh Agama di Papua

Diperbarui: 17 Juli 2022   07:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Dalam konteks menjaga perdamaian di Papua, perlu dilihat akar masalah Papua yaitu sejarah Papua yang tidak pernah selesai sampai hari ini.  Konflik harus bisa diselesaikan dengan cara-cara yang lebih bermartabat; misalnya untuk konflik perbedaan ideologi bisa dilakukan melalui proses dialog. Itu menjadi salah satu syarat agar perdamaian tetap terpelihara di Papua," tutur Markus Kayoi, anggota MRP dari Pokja Agama, pada Selasa, (5/7/2022).

Dua puluh tahun silam, tepatnya 25-30 November 2002, para tokoh agama, politisi, masyarakat adat, pemerintah, media massa dan akademisi berkumpul dan melaksanakan lokakarya, "Membangun Budaya Damai Menuju Papua Tanah Damai." 

Kegiatan itu diprakarsai oleh kantor Sekretariat Keadilan dan Perdamaian (SKP) Keuskupan Jayapura. Hasil-hasil lokakarya tersebut, terangkum dalam buku, "Membangun Budaya Damai dan Rekonsiliasi, Dasar Menangani Konflik di Papua," yang diterbitkan oleh SKP Keuskupan Jayapura, pada tahun 2005.  

Di dalam buku itu, ada sembilan gagasan yang perlu dipenuhi agar tercipta damai di tanah Papua. Kesembilan unsur tersebut adalah 1) partisipasi; 2) kebersamaan dan toleransi-menghargai; 3) komunikasi-informasi; 4) kesejahteraan; 5) rasa aman dan nyaman; 6) keadilan dan kebenaran; 7) kemandirian; 8) harga diri dan pengakuan; 9) keutuhan-harmoni.

Kini, setelah dua puluh tahun, apakah kesembilan unsur tersebut sudah dialami oleh orang asli Papua (OAP) di atas negerinya?  Kita merenung sejenak dan jawabannya, "belum sepenuhnya!" Karena, sampai hari ini, konflik bersenjata masih berlangsung di Papua. 

Perundingan/dialog yang diusung untuk mempertemukan Indonesia dan Papua belum terlaksana. Ruang-ruang perjumpaan lintas budaya dan agama terasa sempit. Primordialisme dan kesukuan menganga lebar. Papua damai terasa jauh dari kehidupan sehari-hari di tanah terberkati ini.  

Hari itu, Selasa, (5/7/2022), bertempat di Hotel Horison Kotaraja, kantor Sekretariat Keadilan Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan (SKPKC) Fransiskan Papua menggelar, fokus grup diskusi (FGD) dengan tema, "Tantangan dan Peran Agama-Agama Dalam Perjuangan Membangun Perdamaian Papua." 

FGD tersebut berupaya melihat kembali tantangan dan perjuangan para pimpinan agama dalam mengupayakan perdamaian di tanah Papua. Tokoh-tokoh agama yang hadir mengungkapkan kegelisahan atas berbagai bentuk kekerasan yang terjadi di tanah Papua sekaligus kerinduan agar para pihak terkait berjumpa, duduk bersama dan mencari titik temu penyelesaian permasalahan Papua.

FGD 5 Juli 2022 di Jayapura. Dokpri.

Di dalam diskusi yang diliputi oleh semangat persaudaraan yang erat itu, lahirlah refleksi terkait upaya membangun perdamaian di Papua. Tokoh agama, dari Gereja KINGMI Papua, Pendeta Dominggus Pigay bilang, "Damai adalah wujud Roh Allah." 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline