Lihat ke Halaman Asli

Yudha Adi Putra

Penulis Tidak Pernah Mati

Percakapan Pisang dan Tempe

Diperbarui: 1 Juni 2023   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kala pagi tiba, menikmati sapaan dan senyuman. Hidup di antara sejuknya pagi. Menebar kasih serta harapan. Pagi memang menjadi senyuman. Banyak orang mempersiapkan hari. Pagi dibuat indah.

"Menatap ke langit. Menemukan banyak tawa yang menyenangkan. Mereka tidak semu. Perlahan, datang kerinduan yang indah. Jalinan dari hidup dan cinta. Hanya kesunyian itulah, menyalakan hidup semangat. Orang silih berganti," jelas Tempe pada harapan.

Sikap untuk mau berbagi diperlukan. Membawa ketapel. Menirukan harapan untuk tetap berjalan. Bukan hanya tentang kedelai. Tempe dan manusia yang semu. Malam tetap dinantikan. Pagi menjadi sahabat kala menata harapan.

"Kalau bisa, tidak hanya untuk pengabdian. Tempe berharap bisa menjadi makanan. Menikmati makan hingga pagi datang. Pisang seperti diriku akan tetap menyala. Untuk sekian kali, pisang adalah primadona," ujar Pisang pada harapan yang kosong.

Kini, perjalanan pagi akan dimulai. Menikmati jalan hambatan. Berselisih bersama tempe dan jagung. Bukan lagi tentang harapan. Lama tidak diberikan lampu untuk menyalakan.

"Lama tidak dipilihkan tentang waktu. Kini, tempe siap digoreng untuk menjadi sarapan. Sarapan sederhana yang terus saja menyapa," ujar harapan semu.

Memunculkan senyuman, pisang goreng akan menjadi hidup dan perjalanan. Jaminan dan gema akan hidup.

Sawah menopang banyak hal. Harapan bersama hidup yang semu. Kemudian, gerakan demi gerakan bermunculan. Kini, Jarwo merencanakan ke pasar. Setelah dalam benaknya bertempur. Tentang tempe dan pisang. Ada perjuangan yang harus dilanjutkan.

Menjelajahi sawah dan penindasan, bentuk norma dan harapan itu menekan.

"Kita bisa menjadi orang yang melawan arus. Membuat hidup lebih berarti, kebingungan dan harapan semu akan tetap bermunculan. Dapat memunculkan kebingungan, tetap dilakukan. Untuk setiap luka. Gerakan demi gerakan membawa harapan. Orang bisa saja melupakan, tapi kenangan menjelma apa saja," ujar Tempe pada Jarwo.

Tempe sebenarnya bukan hanya kumpulan kedelai dan ragi. Tempe menjadi perpaduan unik antara kegelisahan. Tempe muncul bersama kerinduan. Kelak, tempe itulah yang menjadi kenyataan dalam perpaduan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline