Lihat ke Halaman Asli

Peb

TERVERIFIKASI

Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Lelaki Itu Disandera Malam

Diperbarui: 3 November 2019   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar ; pxhere.com

Malam lahir dari kepolosan. Kemudian jadilah cermin kejujuran. Sesekali berpigura separuh deret bintang, walau dipandang sebelah mata.

Ini kukatakan kepada siang. Dan debu-debu bergelayut manja pada sore. Tak ada niat jahat malam ketika langit memanggil. Bersama ciptakan sunyi.

Langit mungkin lelah didera kebisingan pada sebagian waktu yang diberikan matahari.

Langit bosan pada drama-drama yang diciptakan manusia tanpa pernah selesai.

Langit butuh teman bicara.

Lalu, ketika seorang lelaki tak beranjak dari bangku sepi. Terdiam. Menyembunyikan tangis diantara keluh, jangan pernah menyalahkan hitam malam.

Kau tahu, 

pekat sekalipun tak pernah menyimpan sembilu, duri atau racun. Kau boleh jelajahi dan telanjangi sepanjang nafas yang kau punya.

Tanyakan jejak tertinggal di hamparan, apa yang lelaki itu bawa. Lihatlah di rongga benak dan denyut hati. Barangkali kau dapatkan cerita.

Rangkailah celotehnya. Seperti kau mencari makna pada susunan kata-kata di serakan aksara pasrah. Jadikan jawaban, dan pemuas hasrat primitif.

Kupinta,
jangan pernah menuduh malam penyandera lelaki itu
suatu saat kau akan tahu, malam lah penyelamat  setiap orang dari tidur panjang,
dan kau akan malu bila lelaki itu ternyata pemilik malam!

----

Peb02/11/2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline