Lihat ke Halaman Asli

Ozy V. Alandika

TERVERIFIKASI

Guru, Blogger

Pengalaman Horor Gara-gara Menyanyikan Lagu Lalan Belek di Sungai

Diperbarui: 1 November 2021   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sungai. Gambar oleh Michal Reno dari Pixabay 

"Menurut nenek dan buyut kami, jangan menyanyikan lagu Lalan Belek jika sedang sendiri, nanti didatangi harimau dan raksasa."

Kisah ini terjadi saat aku baru saja masuk SMP tepatnya di saat aku dan dua orang sahabatku memancing ikan di sungai air merah.

Ya, namanya sungai air merah karena di saat hujan deras warna air nyaris merah gegara bercampur dengan tanah liat. Nama tersebut juga seirama dengan desa tempatku tinggal, yaitu desa Air Meles Atas.

Sungai air merah tidak begitu jauh dari pondok tempat ayahku memasak dan meracik gula aren. Karena posisinya di ladang, maka kami biasanya mengambil air cuci tempurung (batok gula aren) di sungai tersebut.

Selain itu, karena terkadang proses memasak gula aren sudah selesai sebelum sore hari, aku biasanya menghabiskan waktu dengan mencari udang dan ikan seraya menyusuri sungai bersama sahabatku.

Sayangnya, sebelum kami berangkat ke sungai dan mencari ulat pisang di dekat pondok, ayah dan nenekku sering kali bercerita bahwa kalau mancing di sungai jangan terlalu jauh dari tempat pemandian. Lanjut nenekku, jangan pula sekali-kali menyanyikan lagu Lalan belek di sungai.

Lagu yang tidak tahu siapa pengarangnya tersebut adalah lagu daerah asli Tanah Rejang (Bengkulu) yang sering dinyanyikan kakek nenek kami saat beristirahat siang melepas lelah di pondok.


Uniknya, menurut mereka lagu Lalan Belek tidak boleh dinyanyikan pada malam hari. Bahkan kata nenek moyang, siapa yang menyanyikan lagu Lalan Belek pada malam hari, di saat sendiri, atau menyanyikan lagunya tidak sampai selesai, akan didatangi sosok harimau dan raksasa.

Berkali-kali diceritakan hal tersebut, tentu saja kami takut. Bagaimana tidak, waktu itu masih tahun 2006 dan kami masih kecil. Seuntai mitos masih merajalela. Belum lagi cara orang tua dan  menakut-nakuti kami terasa di luar batas.

Nah, saat sedang bosan menunggu ikan di sungai, temanku pun dengan isengnya menyanyikan lagu Lalan Belek. "oi lalan belek, oi lalan belek, oi lalan". Aku pun teringat dengan cerita nenek ketika di pondok. "Oii, jangan nyanyi lagi!, kato nenek aku lah lagu itu dak boleh dinyanyikan, kelak kito didatangi harimau!".

Lucunya, temanku yang lain pun ikut membenarkan, karena mereka juga pernah diceritakan oleh orang tua mereka dengan kisah yang sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline