Lihat ke Halaman Asli

Ouda Saija

TERVERIFIKASI

Seniman

Nyetreet Malam di Korea

Diperbarui: 8 Maret 2020   15:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toko kecil 24 jam (dok pri)

Setiap kota punya jiwa yang berbeda-beda. Ada yang nyaman dinikmati di siang hari tetapi ada yang berkharisma di malam hari. Bahkan ada kota yang menawan siang dan malam, 24 jam. 

Nyetreet atau berburu street photography bisa jadi sangat berbeda antara siang dan malam hari. Selain aktivitas orang-orang yang berbeda, teknik, dan keterampilan yang dibutuhkan sedikit berbeda.

Pelanggan terakhir (dok pri)

Memotret dalam kondisi malam yang redup lebih menantang. Kamera dan lensa yang digunakan harus mampu bekerja baik dalam kondisi kurang cahaya. Biasanya dibutuhkan lensa dengan bukaan lebar seperti F 1.2, F1.4, atau F1,8. 

Tidak berarti harus memakai lensa yang mahal, meskipun memang lensa bukaan lebar biasanya harganya mahal. Kita bisa memakai lensa vintage dengan fokus manual atau lensa pabrikan perusahaan ketiga.

Bis kota (dok pri)

Kegiatan nyetreet saya kebanyakan saya lakukan selama perjalanan dinas atau work trip jadi saya hanya punya sedikit waktu. Rapat kerja di Seoul, Korea beberapa waktu yang lalu, sebelum ada wabah virus Corona hanya 3 hari. 

Siangnya kegiatan padat bahkan sampai acara makan malam. Maka saya hanya bisa nyetreet sesudah acara makan malam. Untungnya saya berada di Seoul pada musim panas sehingga udara malam hari cukup hangat.

Saatnya tutup (dok pri)

Karena udara hangat, ada banyak aktivitas walaupun hari telah gelap. Beberapa aktivitas malam yang bisa menjadi objek foto adalah alat transportasi umum, toko-toko kecil, tempat wisata malam dan restoran. Pertama saya naik bis kota ke arah jembatan Banpo sambil mengambil beberapa foto secara candid. 

Jembatan Banpo di Seoul dihiasi lampu-lampu dan air mancur. Pada malam hari, jembatan yang dikelilingi taman dengan banyak lampu dan spot foto ini selalu ramai dikunjungi anak-anak muda. Mereka duduk-duduk sambil menikmati makanan ringan dan menyaksikan air mancur dari sisi jembatan yang disorot lampu warna-warni.

Di bawah jembatan Banpo (dok pri)

Ada beberapa cafe dan retoran dengan jendela-jendela kaca yang lebar. Memotret orang makan atau minum dari luar jendela kaca memberi tantangan tersendiri namun kalau berhasil, foto bisa menjadi artistik karena efek dari kaca dan lampu. 

Sesudah cukup puas dengan berburu foto di daerah jembatan Banpo saya kembali ke daerah kampus Sogang tempat saya melakukan rapat kerja. 

Seputaran kampus sudah sepi tetapi masih ada beberapa toko kecil yang buka. Saya juga beruntung menemukan tukang potong rambut yang masih buka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline