Lihat ke Halaman Asli

Danial

pelajar

Kenapa Banyak Anak dari Pemuka Agama Berperilaku Buruk?

Diperbarui: 16 Februari 2025   17:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pernahkah anda melihat anak dari seorang kyai atau ustadz yang memiliki perilaku buruk? Misalnya suka bermalas-malasan, berkata kasar dan melakukan tindakan bullying. Tentu tidak semuanya begitu, namun tak sedikit anak dari pemuka agama yang berperilaku buruk bahkan berbanding terbalik dengan orang tuanya. Tentu ada alasan yang menyebabkan anak-anak dari pemuka agama berperilaku buruk. Berikut faktor-faktor penyebab anak dari seorang pemuka agama berperilaku buruk.
1. Kurangnya perhatian orang tua
Seorang pemuka agama tentu memiliki berbagai kesibukan mulai dari mengajar murid, menerima tamu, menghadiri undangan ceramah, dll. Hal ini dapat membuat waktu untuk berinteraksi dengan anaknya berkurang. Kurangnya perhatian orang tua dapat memberi dampak buruk bagi perkembangan mental anak, membuat anak merasa stress karena merasa dirinya tidak dihargai, kemudian menyebabkan anak tersebut melakukan hal yang negatif untuk melampiaskan stressnya.
2. Masalah pergaulan
Banyak santri atau murid di pesantren yang berperilaku buruk. Mereka suka bermalas-malasan, jorok, berkata kasar, bullying, dll. Hal ini bukan karena mereka diajarkan untuk berperilaku buruk seperti itu, melainkan karena mereka itu merupakan kebiasaan mereka sebelum masuk pesantren. Justru salah satu alasan mereka dimasukkan ke pesantren adalah untuk menghilangkan kebiasaan buruk tersebut. Tentu kebiaaan buruk mereka tidak akan langsung hilang begitu masuk pesantren, butuh waktu dan proses untuk menghilangkannya. Selagi kebiasaan buruk tersebut belum hilang, mereka cenderung melakukannya di pesantren tanpa sepengetahuan gurunya. Ironisnya, kebiasaan buruk ini seringkali mempengaruhi anak dari pemilik pesantren dan santri-santri lain yang membuat mereka jadi mengikuti kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut.
3. Terlalu sering dimanja
Kurangnya perhatian dari orang tua memang memiliki dampak buruk bagi anak, namun terlalu memanjakan anak juga demikian. Anak yang terlalu dimanja biasanya tumbuh menjadi anak yang kurang mandiri, arogan, dan mudah marah bila keinginannya tidak tercapai. Terlepas dari apakah anak dari seorang pemuka agama dimanja oleh orang tuanya atau tidak, mereka seringkali dimanjakan oleh masyarakat disekitarnya. Biasanya mereka tidak berani menegur ketika anak seorang pemuka agama berbuat salah karena takut pada orang tuanya atau bisa juga karena takut tidak mendapatkan berkah karena dianggap tidak menghormati ulama dan keturunannya. Padahal, menegur mereka bukan berarti tanda bahwa kita tidak menghormati mereka, justru hal tersebut merupakan tanda bahwa kita peduli terhadap mereka dan tidak ingin mereka jatuh kejalan yang salah.
4. Pendidikan yang terlalu keras
Terkadang seorang pemuka agama mendidik anaknya dengan cara yang terlalu keras. Misalnya ketika anaknya tak kunjung hafal dan memahami tentang apa yang sedang diajarkan anak tersebut akan dimarahi atau bahkan dipukul supaya dia mau belajar dengan serius. Kita memang perlu mendidik anak dengan tegas, namun bukan berarti kita harus mendidik dengan keras. Terlalu sering memarahi anak apalagi menggunakan kekerasan hanya karena masalah sepele justru dapat membuat anak jadi tidak percaya diri, merasa stress karena merasa dirinya tidak dihargai, kemudian menyebabkan anak tersebut melakukan hal yang negatif untuk melampiaskan stressnya.
5. Ekspektasi yang terlalu tinggi
Kebanyakan orang seringkali menaruh harapan yang sangat tinggi kepada anak dari seorang pemuka agama. Ironisnya, terkadang harapan tersebut malah membuatnya tertekan karena merasa dituntut harus menjadi orang yang sempurna. Tak jarang mereka dibandingkan dengan orang tua mereka yang sudah terkenal karena kehebatannya. Hal ini dapat membuat mereka menjadi tidak percaya diri dan takut mengecewakan semua orang. Ekspektasi orang lain juga terkadang menghalangi impian mereka. Bisa saja mereka tidak ingin menjadi pemuka agama, bisa jadi mereka memiliki impian tersendiri seperti ingin menjadi tentara atau pilot, dan bukan menjadi pemuka agama tetapi mereka takut mengungkapkannya karena takut mengecewakan semua orang. Pada akhirnya, beban pikiran mereka dapat membuat mereka merasa stress dan seperti yang pernah kita lihat, akhirnya mereka melakukan perbuatan buruk untuk melampiaskan stressnya.
Kesimpulan
Seorang pemuka agama seharusnya memperhatikan dan mendidik anaknya dengan benar. Bukan mengabaikannya, berbuat kasar padanya, atau malah memanjakannya. Dalam mendidik memang harus tegas, wajar jika memarahi anak saat mereka berbuat salah sebagai bentuk hukuman, namun jangan sampai berlebihan apalagi sampai melakukan kekerasan. Ajari mereka dengan penuh kesabaran, jangan berbuat kasar hanya karena mereka tidak kunjung paham, coba cari penjelasan yang lebih mudah dipahami oleh mereka. Jangan terlalu mengekang keinginan mereka, biarkan mereka menjadi apa yang mereka inginkan selama itu bukan sesuatu yang buruk. Kita sebagai masyarakat juga tidak seharusnya memanjakan mereka. Jangan takut menegur mereka ketika berbuat salah apapun alasannya, entah itu karena takut tidak mendapat berkah, atau merasa tidak pantas menegur karena bukan orang berilmu dan bukan orang yang saleh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline