Lihat ke Halaman Asli

Sendang Mulyo, Desa Seribu Senyum

Diperbarui: 15 November 2018   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, program studi  Manajemen, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya mewajibkan semua siswanya untuk mengikuti kegiatan live in di desa Sendang Mulyo, desa yang terletak di kecamatan Minggir, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan live in ini bertujuan agar para mahasiwa dan mahasiswi mampu menyatu dengan warga desa serta merasakan hidup yang sederhana ala kehidupan desa dimana hal itu jauh sekali dari hiruk pikuk kota.

Pengalaman saya ini dimulai pada hari Jumat 19 Oktober 2018. Saya dan teman-teman prodi manajemen berkumpul di Hall KW, Universitas Atma Jaya. Setelah proses pengabsenan selesai, kami semua di persilahkan untuk masuk ke dalam bus yang sudah ditentukan. 

Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 13 jam. Kami tiba di balai desa Sendang Mulyo sekitar pukul empat dini hari. Kami disambut dengan sangat hangat oleh kepala desa serta warga sekitar, satu hal yang terlintas di pikiran saya akan desa ini adalah desa ini penuh senyum, karena setiap saya lewat mereka semua menyapa saya sambil tersenyum.

Setelah sambutan oleh kepala desa usai, kami dipersilahkan untuk menuju rumah indung semang masing-masing. Desa Sendang Mulyo ini terbagi atas beberapa dusun, saya ditempatkan di dusun yang cukup jauh dari balai desa bernama, Selarongan.

Kehangatan yang diberikan oleh bapak Teguh,ibu Sri,mbak Pika dan Anang mengingatkan saya akan rumah. Senyum yang tulus menyiratkan bahwa saya diterima dengan tangan terbuka disini. Kami berbincang dan bercanda ria selayaknya keluarga yang dekat sekali.

Beberapa jam kemudian saya diajak ibu untuk mengikuti kegiatan tahunan desa yang disebut kirab budaya merti desa. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk wujud rasa syukur warga desa Sendang Mulyo atas hasil panen yang melimpah pada musim tanam.Selain itu pula Kegiatan ini juga bertujuan untuk melestarikan kebudayaan.

Saya merasa sangat takjub sekali dengan para warga yang tampak begitu kompak serta sangat antusias dalam kegiatan kirab budaya ini.Para warga yang ikut pawai menggunakan kebaya bagi wanita dan pakaian adat lelaki Jawa.

Seribu senyum ditaburkan sana-sini selama pawai kirab desa saat mobil pickup saya melintasi rumah warga hingga tanpa tersadar saya ikut tersenyum dengan lebar sekali. 

Banyak sekali warga desa yang hadir memeriahkan suasana. Kirab desa ini diikuti lebih dari sepuluh mobil pickup yang berasal dari beberapa dusun.  Kirab budaya merti desa berlangsung selama kurang lebih dua jam, setelah itu saya pulang menuju rumah keluarga saya, sebelum sampai rumah saya diajak kepala duku dusun Selarongan untuk mampir ke rumahnya dan lagi-lagi saya disambut hangat oleh kepala dukuh dan diajak untuk makan tumpengan bersama-sama.

Malam pun tiba, acara tidak berhenti disitu saja ternyata masih ada lagi pertunjukkan wayang. Tinggal dikota besar membuat saya jarang sekali untuk menikmati keindahan budaya yang disajikan Indonesia, namun untuk pertamakali dalam 18 tahun hidup saya,saya menyaksikan wayang dan saya jatuh cinta akan itu. 

Hari berikutnya yaitu pada hari Minggu,21 Oktober 2018 saya diberi kesempatan untuk menjadi warga desa mulyo seutuhnya, yaitu dengan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh indung semang saya. Ibu Sri adalah seorang petani jadi saya ikut pergi ke sawah dan membantu ibu, namun sayang sekali keadaan sawah saat itu sedang kering jadi saya hanya bisa membantu untuk mencabuti rumput-rumput liar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline