Psikologi pendidikan adalah cabang ilmu yang bertujuan untuk memahami bagaimana individu belajar, berkembang, dan beradaptasi dalam lingkungan belajar. Saat ini, peran psikologi pendidikan semakin penting karena sistem pendidikan menghadapi perubahan signifikan akibat kemajuan teknologi digital dan efek jangka panjang dari pandemi COVID-19. Kedua hal ini bukan hanya memengaruhi cara belajar, tetapi juga berdampak pada aspek psikologis peserta didik, terutama bagi generasi Z yang kini mendominasi kelas.
Generasi Z, yang lahir dan dibesarkan di dunia digital, menunjukkan cara belajar yang berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Mereka terbiasa dengan akses informasi instan, melakukan banyak tugas dengan menggunakan teknologi, dan memanfaatkan media sosial sebagai hiburan serta sumber pengetahuan. Namun, situasi ini juga membawa berbagai tantangan psikologis dalam proses belajar. Generasi ini memiliki kecenderungan untuk mudah teralihkan, rentang konsentrasi yang lebih pendek, dan sering kali lebih fokus pada hasil yang cepat daripada proses belajar yang mendalam. Dalam konteks ini, psikologi pendidikan berfungsi membantu guru untuk memahami cara berpikir generasi Z dan menyesuaikan metode pengajaran agar sejalan dengan gaya belajar mereka. Contohnya, guru harus menyediakan pembelajaran yang lebih interaktif, berbasis teknologi, dan menekankan kerja sama dibandingkan dengan ceramah sepihak.
Pandemi COVID-19 yang dimulai sejak tahun 2020 telah memberikan dampak signifikan pada sektor pendidikan. Hampir dua tahun pembelajaran dilakukan secara online, yang mengakibatkan munculnya fenomena kehilangan keterampilan belajar pada banyak siswa. Banyak peserta didik mengalami penurunan motivasi, masalah keterasingan sosial, hingga masalah kesehatan mental karena minimnya interaksi langsung. Saat pembelajaran kembali dilakukan secara tatap muka, tantangan baru muncul. Banyak siswa merasa canggung saat berinteraksi kembali, mengalami kecemasan sosial, dan kesulitan beradaptasi dengan pola belajar yang normal. Dari sudut pandang psikologi pendidikan, situasi ini memerlukan perhatian lebih pada aspek emosional dan sosial siswa, tidak hanya di bidang akademis saja.
Kesehatan mental kini menjadi isu penting dalam dunia pendidikan. Tekanan akademik, persaingan yang semakin ketat, dan ketergantungan berlebihan pada perangkat elektronik dapat menyebabkan stres, kecemasan, bahkan depresi di kalangan siswa. Peran psikologi pendidikan di sini sangat penting, yaitu merancang strategi pembelajaran yang memperhatikan kondisi mental siswa. Guru perlu menciptakan suasana kelas yang mendukung, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan emosi, serta menerapkan pendekatan konseling yang membantu siswa menghadapi tekanan. Metode seperti mindfulness, pembelajaran berbasis minat, dan refleksi telah terbukti efektif dalam mengurangi stres sekaligus meningkatkan motivasi belajar.
Peran guru, orang tua, dan sekolah harus saling melengkapi. Guru bertindak sebagai fasilitator yang tidak hanya mengajar, tetapi juga memahami latar belakang psikologis siswa. Orang tua berperan sebagai pendukung utama dengan membangun suasana belajar yang baik di rumah dan mendampingi anak dalam penggunaan teknologi agar tetap sehat. Sekolah sebagai institusi formal juga harus menyediakan layanan bimbingan yang memadai, merancang kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman, dan menciptakan budaya sekolah yang menghargai berbagai kemampuan siswa.
Pemanfaatan Teknologi Digital dalam Pendidikan:
Teknologi kini telah menjadi elemen penting dalam dunia pendidikan. Penggunaan platform e-learning, aplikasi yang interaktif, dan kecerdasan buatan (AI) meningkat pesat. Namun, ada juga berbagai masalah yang muncul akibat pemakaian teknologi, antara lain:
-Kecanduan gawai karena siswa lebih banyak menggunakan perangkat untuk hiburan daripada belajar.
-Distraksi digital yang mengganggu fokus saat belajar.
-Kesenjangan akses bagi siswa dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi
Psikologi pendidikan bisa berperan dalam merancang cara penggunaan teknologi yang lebih positif. Contohnya, dengan menerapkan gamifikasi (mengubah proses belajar menjadi permainan) untuk meningkatkan motivasi siswa, atau menggunakan manajemen waktu untuk mengurangi kecanduan terhadap teknologi.