Lihat ke Halaman Asli

nur alya nazifa

Mahasiswa (Universitas Muhammadiyah Malang)

Dampak Bullying terhadap Produktivitas Akademik Seorang Mahasiswa di Lingkungan Perguruan Tinggi

Diperbarui: 9 Juni 2025   11:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bullying (sumber : freepik) 

Perundungan atau bullying di lingkungan perguruan tinggi sering kali dipandang sebelah mata karena dianggap tidak separah yang terjadi di tingkat sekolah dasar atau menengah. Banyak orang berasumsi bahwa mahasiswa adalah individu dewasa yang mampu menghadapi tekanan sosial. Padahal kenyataannya tidak sesederhana itu. Dari hasil observasi dan wawancara yang kami lakukan dalam project ini, terungkap bahwa bullying tetap marak terjadi di kalangan mahasiswa, meskipun wujudnya cenderung lebih halus dan terselubung, seperti pengucilan sosial, gosip, sindiran, dan komentar negatif di media sosial.

Bentuk-bentuk perundungan tersebut meskipun tidak selalu kasat mata, ternyata memiliki dampak yang sangat besar terhadap korban. Mahasiswa yang mengalami bullying cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, mengalami gangguan tidur, stres, kecemasan, hingga kehilangan motivasi akademik. Bahkan tidak sedikit yang akhirnya memilih cuti atau bahkan berhenti kuliah. Ini adalah situasi yang mengkhawatirkan dan menuntut perhatian serius dari seluruh pihak di lingkungan kampus.

Menurut kami, kampus tidak bisa lagi bersikap pasif terhadap isu ini. Perlu adanya sistem pendeteksian dini serta mekanisme pelaporan yang aman dan terpercaya agar korban berani bersuara tanpa takut akan stigma atau tekanan. Selain itu, layanan konseling psikologis harus disediakan dengan pendekatan yang empatik dan tidak menghakimi, karena banyak mahasiswa yang ragu mencari bantuan akibat takut dianggap lemah.

Namun upaya menghapus bullying tidak bisa diserahkan hanya kepada pihak kampus semata. Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat akademik juga memiliki tanggung jawab moral untuk menciptakan lingkungan yang suportif dan saling menghargai. Mengedukasi diri sendiri dan orang sekitar tentang empati, menghargai perbedaan, serta keberanian untuk membela yang benar adalah langkah awal yang sangat penting.

Lingkungan kampus seharusnya menjadi tempat tumbuh, bukan tempat tertekan. Ruang akademik harus menjadi ruang aman bagi siapa pun untuk berkembang tanpa dihantui rasa takut. Oleh karena itu, saya percaya bahwa membangun budaya anti-bullying adalah investasi jangka panjang untuk kualitas hidup mahasiswa dan masa depan bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline