Lihat ke Halaman Asli

Suprihati

TERVERIFIKASI

Pembelajar alam penyuka cagar

Jabodetabek Kawasan Seribu Rawa, Riwayatmu Kini

Diperbarui: 23 Juni 2018   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konservasi Situ Rawa Kalong-Rawa Pulo-Rawa Jemblung (dok pri)

Kawasan Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) terkenal dengan tebaran rawa atau situ. Ibaratnya, kawasan seribu rawa. Sebut saja Rawamangun, Rawa Belong yang terkenal dengan pasar bunga, Situ Babakan, Rawa Dongkel, pun Rawa Kalong. Sebagai emak yang bersusuh di tepian Rawa Pening, pastinya terpikat dengan kisah kawasan seribu rawa.

Kawasan seribu rawa

Kawasan Seribu Rawa (diolah dari google map)

Menikmati bentang alam Jabodetabek sungguh menarik. Coba bayangkan, udara yang sarat dengan uap air dari kawasan Laut Utara Jawa, bergerak atau disebut angin ke arah daratan. Pergerakan tanpa halangan karena relief muka bumi nyaris datar. Bogor, kota di sebelah Selatan memiliki ketinggian 190-350 mdpl.

Tetiba udara yang sarat air menabrak Gunung Salak maupun Pangrango. Ketinggian tempat meroket tajam. Uap air di udara mengalami kondensasi dengan tiba-tiba dan jatuh sebagai air hujan. Tak heran, kota Bogor dikenal dengan sebutan kota hujan dengan curah hujan tahunan mencapai di atas 3500 mm per tahun.

Air hujan sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian kecil kembali ke angkasa melalui siklus pendek alias siklus air hijau (green water). Sebagian besar memenuhi dharmanya mengikuti siklus air biru (blue water). Mengalir melalui badan sungai, sebut saja sungai Ciliwung yang fenomenal.

Lalu, ke mana air yang berjatuhan di Bogor mengalir? Mengikuti gerak gravitasi mengarah ke daerah yang lebih rendah. Mestilah kembali ke arah pantai utara menuju Teluk Jakarta. Selain melalui badan sungai, ke mana arah pergerakan air.

Peta sungai dan Kanal di Jakarta (wikipedia.org)

Apakah masalah banjir di kawasan Jakarta masalah baru? Mengapa selalu menjadi bagian komoditas politik yang gurih melalui gorengan potongan fakta?

Bentang sebagian besar Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi dan Jakarta yang relatif datar menata formasi. Alam meresponnya secara bijak dan elok. Bertebaran rawa atau situ, mengendalikan banjir melalui fungsi menampung limpasan permukaan di sekitarnya. Pantaslah predikat kawasan "seribu rawa".

Rawa berupa hamparan lahan yang cekung dan drainase yang terhambat. Akibatnya, secara alamiah terjadi genangan air yang terjadi secara permanen maupun musiman. Secara ekologis memiliki karakter fisika, kimiawi maupun biologis yang khas.

Secara formasi bentang alam alami terlihat paduan pergerakan udara kaya uap air, kondensasi, daerah kaya hujan, badan air Sungai Ciliwung dan gugusan rawa. Koreografi pergerakan air yang cantik. Memperhatikan formasinya, pengelolaan air di kawasan ini tidak hanya mencakup permasalahan daerah tangkapan air di bagian hulu. Pun konservasi situ ataupun rawa memegang peranan penting.

Batavia dan kearifan lokal
Jabodetabek adalah kota air. Jan Pieterszoon (JP) Coen, pendiri Batavia, mengenali karakter ini. Mempergunakan prinsip amati-tiru-modifikasi (ATM), tim beliau merancang Jakarta menjadi kota air laksana kota-kota Jerman bernadikan Sungai Rhein.

Kearifan lokal yang berasal dari leluhur orang Belanda, suku Batavia yang berasal dari lembah Sungai Rhein. Batavia, cikal bakal kota Jakarta yang dilafalkan secara lokal menjadi Betawi. Rawa bukan hanya bagian dari sisi ekologis. Rawa yang juga menjadi ikon kawasan. Ikon yang bersifat khas lokal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline