Lihat ke Halaman Asli

Lala

Penulis

Pulau Ubin : Desa Terakhir di Singapura

Diperbarui: 3 Maret 2025   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Wikipedia

Siapa sangka di balik gemerlapnya gedung pencakar langit dan modernisasi Singapura, masih ada satu desa yang bertahan dengan kehidupan tradisionalnya? Pulau Ubin, satu-satunya kampung yang tersisa di Singapura, menawarkan pesona alam, ketenangan, dan nostalgia masa lalu.

Pulau Ubin: Seperti Kembali ke Masa Lalu

Jika kamu mencari pengalaman yang berbeda di Singapura, Pulau Ubin adalah jawabannya. Begitu menginjakkan kaki di sana, rasanya seperti kembali ke masa lalu, ke era ketika kehidupan masih sederhana. Rumah-rumah kayu dengan atap seng, jalanan berbatu, dan penduduk yang masih mengandalkan sepeda atau berjalan kaki untuk berpindah tempat---semua ini menciptakan suasana unik yang tak akan kamu temukan di pusat kota Singapura.

Sumber : Wikipedia

Nama Ubin, yang berarti "ubin" dalam bahasa Melayu, berasal dari sejarah pulau ini sebagai tambang batu granit. Dahulu, batu-batu dari Pulau Ubin digunakan untuk membangun beberapa infrastruktur penting di Singapura. Namun, kini tambang-tambang itu sudah lama ditinggalkan, dan Pulau Ubin berubah menjadi surga bagi para pencinta alam dan petualang.

Sumber : https://travellingtam.com/is-pulau-ubin-safe/

Apa yang Bisa Kamu Lakukan di Pulau Ubin?

  1. Jelajahi Chek Jawa Wetlands
    Ini adalah salah satu ekosistem paling beragam di Singapura. Kamu bisa berjalan di jembatan kayu yang melintasi hutan bakau, melihat kehidupan laut di perairan dangkal, atau bahkan bertemu dengan burung enggang langka.

  2. Bersepeda Keliling Pulau
    Salah satu cara terbaik untuk menikmati Pulau Ubin adalah dengan menyewa sepeda dan menjelajahi setiap sudutnya. Trek sepedanya menantang, tetapi pemandangan yang ditawarkan sangat sepadan dengan usaha yang dikeluarkan.

  3. Menikmati Suasana Kampung
    Mau merasakan Singapura sebelum modernisasi? Di sini, kamu masih bisa melihat sumur tradisional, rumah-rumah panggung kayu, dan penduduk yang hidup dengan ritme yang jauh lebih lambat dibandingkan dengan hiruk-pikuk kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline