Lihat ke Halaman Asli

Nayla Aulia Khairunnisa

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Dampak Fenomena El Nino dan La Nina terhadap Terumbu Karang

Diperbarui: 6 Mei 2025   01:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA). (2021). Peta Anomali Suhu Permukaan Laut selama El Niño dan La Niña.

Di tengah luasnya samudra yang menghubungkan seluruh benua, terumbu karang berdiri sebagai salah satu ekosistem paling kaya dan beragam di planet ini. Namun, keindahan dan keberagaman hayati yang dimiliki terumbu karang semakin terancam oleh berbagai faktor, termasuk fenomena oseanografi dan atmosfer global yang dikenal sebagai El Niño dan La Niña. Fenomena cuaca siklik ini memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kelangsungan hidup terumbu karang di seluruh dunia.

Memahami El Niño dan La Niña

El Niño-Southern Oscillation (ENSO) adalah siklus iklim yang melibatkan fluktuasi suhu di permukaan laut dan tekanan udara di Samudra Pasifik ekuatorial. Fenomena ini terdiri dari dua fase utama: El Niño dan La Niña, dengan periode netral di antaranya.

El Niño

El Niño terjadi ketika suhu permukaan laut di Pasifik Tengah dan Timur mengalami peningkatan yang tidak biasa, sementara tekanan udara di Pasifik barat menurun. Fenomena ini biasanya terjadi setiap 2-7 tahun dan berlangsung selama 9-12 bulan. Nama "El Niño" (yang berarti "anak laki-laki" dalam bahasa Spanyol) merujuk pada "Anak Kristus" karena fenomena ini sering kali muncul sekitar waktu Natal.

Selama periode El Niño:

  • Suhu permukaan laut bisa naik 1-3°C di atas normal di Samudra Pasifik ekuatorial
  • Angin perdagangan yang biasanya bertiup dari timur ke barat melemah atau bahkan berbalik arah
  • Upwelling (arus naik) air dingin kaya nutrisi di pantai Amerika Selatan berkurang
  • Terjadi perubahan pola curah hujan global, dengan kekeringan di beberapa wilayah dan banjir di wilayah lain

La Niña

Sebaliknya, La Niña adalah fase "dingin" dari ENSO, ditandai oleh suhu permukaan laut yang lebih dingin dari normal di Pasifik Tengah dan Timur. La Niña (berarti "anak perempuan" dalam bahasa Spanyol) sering terjadi setelah El Niño, tetapi tidak selalu.

Selama periode La Niña:

  • Suhu permukaan laut bisa turun 1-3°C di bawah normal di Samudra Pasifik ekuatorial
  • Angin perdagangan yang bertiup dari timur ke barat semakin menguat
  • Upwelling air dingin kaya nutrisi di pantai Amerika Selatan meningkat
  • Terjadi perubahan pola curah hujan global, dengan kekeringan dan banjir di wilayah yang berbeda dibandingkan dengan El Niño

Terumbu Karang: Ekosistem Sensitif di Lautan

Terumbu karang adalah ekosistem yang terbentuk dari struktur kalsium karbonat yang diproduksi oleh hewan invertebrata kecil yang disebut polip karang. Polip-polip ini hidup bersimbiosis dengan alga bersel tunggal yang disebut zooxanthellae, yang memberikan nutrisi bagi karang melalui fotosintesis.

Terumbu karang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan, terutama:

  1. Suhu air - Karang tumbuh optimal pada kisaran suhu 23-29°C. Peningkatan suhu hanya 1-2°C di atas maksimum musiman selama beberapa minggu dapat menyebabkan pemutihan karang.
  2. Salinitas air - Karang membutuhkan kadar garam yang stabil untuk berkembang dengan baik.
  3. Intensitas cahaya - Zooxanthellae membutuhkan cahaya untuk melakukan fotosintesis.
  4. Kualitas air - Karang membutuhkan air jernih dengan tingkat sedimen rendah dan kualitas nutrisi yang seimbang.
  5. pH air - Perubahan keasaman air laut mempengaruhi kemampuan karang untuk membentuk struktur kalsium karbonat.

Dampak El Niño terhadap Terumbu Karang

El Niño memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap ekosistem terumbu karang, dengan efek yang sering kali merusak dan bertahan lama.

1. Pemutihan Karang Massal

Pemutihan karang adalah respons stres terhadap perubahan kondisi lingkungan, terutama suhu air yang meningkat. Selama El Niño, peningkatan suhu permukaan laut yang berkelanjutan memicu karang untuk mengeluarkan zooxanthellae yang bersimbiosis dengan mereka. Tanpa zooxanthellae, karang kehilangan sumber makanan utama dan warna alaminya, menjadi putih dan lebih rentan terhadap penyakit dan kematian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline