Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Cara untuk Menciptakan Bahagia: Filosofi Stocism

Diperbarui: 11 Juli 2021   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa hari yang lalu gue bahas soal dikotomi kendali sebuah prinsip dari filosofi stoicism yang intinya tuh dalam kehidupan ini kita harus bisa membedakan antara mana hal yang bisa kita kendalikan dan mana hal yang tidak bisa kita kendalikan. Kalau lo belum sempet baca bisa dibaca dulu disini, setelah itu baru lu balik lagi ke sini okee.

Di akhir tulisan itu gue nambahin stoicism bilang kalau kebahagian itu ada dalam kendali kita. Tapi apa sih definisi kebahagiaan menurut  stoicism ini? Apakah punya duit banyak dengan rumah mewah, punya jabatan tinggi di perusahaan multinasional, bisa liburan setiap minggu keluar kota, atau keterima jadi CPNS?

Gak!! Bukan, bukan itu semua atau hal-hal yang berhubungan dengan material. Dan definisi kebahagiaan menurut stoicism ini mungkin agak unik buat kebanyakan orang. Mungkin orang ketika mendengar kata bahagia identik dengan hal-hal yang positif, kayak rasa seneng, gembira dll. Tapi bagi kaum stoic kebahagiaan itu bukan hadirnya emosi positif, tapi tiadanya emosi negatif.  

Stoicism bilang kalau kebahagiaan itu adalah ketika kita bisa mengendalikan apa yang dinamakan emosi negatif, baru kita bisa mencapai kebahagiaan.

Atau dalam bahasa yunani kebahagiaan adalah ataraxia (A=tidak, tarassein=bermasalah). Yang berarti kebahagiaan itu kondisi dimana kita tidak memiliki masalah (untroubled). Dalam bahasa yang lain, dapat disebut juga dengan apatheia (a=tidak, pathos=menderita). berarti, apatheia dapat berarti bebas dari penderitaan.

Jadi, kebahagiaan menurut stoic adalah bebas dari emosi-emosi negatif, seperti amarah, rasa iri, kesal, kecewa dan masih banyak lagi. Dan emosi-emosi negatif itu asalnya dari manusia sendiri (persepsi atau opini yang kita buat sendiri)

Dalam filosofi Stoic, segala sesuatu yang sifatnya ekternal atau diluar kendali kita itu NETRAL, gak ada yang positif atau negatif, baik atau buruk. Yang membuat hal positif dan negatif atau baik dan buruk itu interpretasi atau opini kita terhadap sesuatu itu sendiri.

"It's not things that disturb us, but our opinion of them" -Epictetus

Misalnya, kejadiannya adalah lo kalah lomba

Mungkin kebanyakan dari kita akan kecewa, kesel, atau sedih. Nah, kalau kata stoicism rasa kecewa dan lain sebagainya itu bukan  muncul karena lo kalah lomba. Tapi karena lo menambah opini terhadap kejadiaan itu.

Opini lo itu yang sebenernya melahirkan emosi negatif tadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline