Menjadi istri seorang Tentara adalah salah satu kebanggaan buat saya. Pernah menjadi bagian dari organisasi Persatuan istri Tentara (Persit) juga menjadi pembelajaran tersendiri karena banyak seni hidup untuk di jalani dan di pelajari. Dua orang anak saya lahir tanpa di dampingi bapak nya karena tugas yang diembannya bertahun tahun tidak memungkinkannya untuk pulang dan melihat anak-anaknya lahir. Berpindah pindah satuan dari satu provinsi ke provinsi lain ,baik di wilayah yang kata orang bukan tempat favorit ,tetap selalu saya jalani dengan senang hati.
Anak anak kami pun memiliki banyak pengalaman, diantaranya mereka bersekolah di banyak tempat,TK 3 sekolah ,SD bisa sampai 4 sekolah. Saat kepindahan pun tidak mengenal waktu , terkadang begitu menerima SKEP, suami langsung berangkat sehingga saya dan anak anak menyusul kemudian. Mengepak barang-barang sendiri hingga mengirim nya lewat ekspedisi laut dan darat sudah biasa saya tangani.
Rumah kost sampai rumah dinas yang bagus pun sudah pernah kami tempati, dengan gaji awal suami dimana kami menikah tahun 1998 sekitar 800 ribu an untuk kami berdua, selalu saya syukuri .
Dinamika kehidupan awal menjadi istri tentara tentunya juga menjadi pembelajaran yang berharga untuk saya. Di awal pernikahan dimana saya harus mulai membiasakan kehidupan asrama dan terjun dalam kegiatan organisasi Persit , kemudian hidup disiplin , belajar menjadi istri perwira muda ,junior ,bawahan sampai pada saat saya di tuakan di saat satu tahun menikah membuat saya harus cepat bisa belajar untuk menasihati dan mencari solusi untuk ibu ibu anggota yang umurnya jauh di atas saya dengan segudang permasalahan yang kadang tidak terbayang kan oleh saya sama sekali harus saya hadapi.
Seni nya tergabung dalam organisasi Persit adalah selalu mengajarkan arti kata sabar dan bersyukur dalam kehidupan , mendukung tugas suami ,menghormati yang lebih tua atau di tuakan , kerja sosial tanpa pamrih,tulus ,loyalistas ,bisa bekerjasama dalam organisasi, menghilangkan ego pribadi ,belajar menempatkan diri ,tidak banyak mengeluh , dan bermental baja. Hal yang wajib dilakukan sebagai istri seorang perwira adalah menjadi contoh untuk anggota atau menjadi anggota yang baik , menjadi junior yang menghormati senior dan menjadi senior yang mengayomi junior ,mendampingi suami di manapun bertugas dan mempunyai kewajiban untuk mengutamakan keluarga agar terurus dengan baik ,menjaga nama suami dan institusi.
Apakah bisa semua di laksanakan ? ternyata bisa !
Dengan segala keterbatasan saya, sehingga sampai hari inipun saya masih tetap belajar . " Menjadi anggota Persit tidak ada Sekolah nya " kata senior yang baik hati , tapi Persit adalah organisasi yang bisa membuat diri lebih baik lagi dalam kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat dan menjadi bekal diri kelak saat suami bertugas di lingkup luar TNI AD dan kita kembali di percaya untuk bergabung di organisasi baru.
Saat akan menjadi seorang istri Tentara dan menjadi dari bagian organisasi Persit , anda akan di wajibkan mengurus tumpukan surat bermaterai sebagai bukti bahwa anda bersedia mematuhi semua aturan dan apa saja yang menjadi kewajiban seorang istri tentara. Nasehat dari teman , senior dan atasan suami sangat perlu untuk di dengar karena suksesnya seorang prajurit TNI menjalan tugas pasti lah atas dukungan istri tercinta,
Pernah mendengar nasehat teman saya ibu Mia Kunto istri dari Brigjen TNI Kunto Arif yang mengatakan bahwa " Persit bukan Penghalang ,Tapi Penyemangat " kata kata ini sangat sesuai di era sekarang ,di mana banyak sekali anggota Persit ,baik dari istri Tamtama ,Bintara dan Perwira di beri kesempatan untuk mengejar karier impian mereka tanpa melupakan jati diri mereka sebagai pendamping seorang Prajurit di mana hal itu adalah kewajiban mereka sebagai anggota Persit .
Tentunya saya juga banyak bersyukur bahwa ketua umum Persit Kartika Chandra Kirana ,Ibu Hetty Andika Perkasa sangat mendukung penuh anggota nya untuk mengali kemampuan diri untuk menjadi pribadi yang berkualitas ,menjadi pendamping prajurit TNI yang tangguh serta menjadi seorang ibu yang kelak menciptakan generasi yang hebat . Hal ini terlihat jelas dari pemilihan tema peringatan 75 tahun Persit tahun ini yaitu
"Persit Kartika Chandra Kirana Meningkatkan Kreatifitas dan Produktivitas untuk Menciptakan Keluarga Yang Mandiri dan Tangguh di masa Pandemi ".
Sebagai salah satu contoh istri Prajurit TNI AD masa kini yg memilih berkarier tapi tetap bisa menjalankan kewajibannya di era sekarang adalah Ibu Elesta Apriliani, istri dari Pratu January Ferdiansyah, yang berprofesi sebagai Pilot pesawat udara.
Istri Prajurit TNI AD lainnya adalah yang saya kenal dengan baik dan memilih tetap berkarier dan dengan bangga menjalani kewajiban nya sebagai anggota Persit adalah ibu Hesti Imam ,istri dari Mayjen .Purn. Imam Edy Mulyono yang kini menjabat sebagai Dubes Venezuela .Saya yakin cerita ketangguhan menjadi istri prajurit terutama saat menjadi istri danki kompi markas 744 di Dili di tahun 1988 akan selalu di bawa hingga sekarang di saat beliau di percaya memimpin organisasi Dharma Wanita Persatuan KBRI Caracas,Venezuela.
Ketika mendampingi suami berdinas di Kodim Belu tahun 2006 , saya sering dibuat kagum oleh istri anggota di pelosok seperti di sepanjang perbatasan Belu -Timor Leste, baik istri Danramil sampai anggota- anggotanya.