Lihat ke Halaman Asli

Inflasi Melambung Tinggi Jelang Ramadhan dan Idul Fitri

Diperbarui: 5 Mei 2019   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bulan suci Ramadhan akan segera tiba dalam hitungan hari. Umat muslim yang merupakan mayoritas penduduk di Indonesia sudah sangat siap menyambut Ramadhan. 

Ramadhan merupakan bulan yang paling ditunggu khususnya bagi umat muslim karena dipercaya sebagai bulan yang penuh berkah dimana seluruh umat muslim berlomba-lomba mencari pahala dengan meningkatkan kualitas ibadahnya. Umat muslim diwajibkan untuk melaksanakan ibadah puasa selama Ramadhan, yaitu menahan lapar, haus dan hawa nafsu.

Ibadah puasa seharusnya membuat konsumsi pangan masyarakat berkurang karena jam makan yang biasanya tiga kali sehari, yaitu sarapan, makan siang dan makan malam berubah menjadi dua kali sehari, yaitu hanya pada saat sahur (sebelum subuh) dan berbuka (sore menjelang malam). 

Namun fakta menunjukan hal sebaliknya, konsumsi pangan masyarakat pada bulan Ramadhan justru meningkat dari bulan-bulan sebelumnya. Hal tersebut lumrah terjadi setiap tahunnya. Lantas bagaimana hal itu dapat terjadi? Salah satu faktor utama adalah perilaku konsumtif masyarakat yang menjadi "lapar mata" ketika tengah berpuasa dan menginginkan beraneka ragam makanan untuk disantap saat berbuka puasa. 

Selain itu, berbagai kegiatan "khas Ramadhan" menyebabkan konsumsi kolektif di masyarakat, seperti buka puasa bersama, bebagi takjil buka puasa, kegiatan berbagi seperti "sahur on the road" dan lain sebagainya. Dengan adanya peningkatan konsumsi tersebut maka terjadi pula peningkatan kebutuhan akan bahan pangan di masyarakat.

Disamping itu, di penghujung Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, sebagian besar masyarakat Indonesia merayakannya dengan menjalankan tradisi mudik ke kampung halaman. Yang tak jarang sebagian masyarakat hanya mudik ke kampung halamannya setahun sekali, yaitu pada saat Hari Raya Idul Fitri. 

Selain karena jarak yang jauh dan hari libur yang lebih panjang, tetapi juga dikarenakan biaya transportasi khususnya pesawat udara yang cukup mahal. Terlebih lagi harga tiket pesawat mengalami kenaikan pada awal tahun 2019. Kenaikan harga tiket pesawat tersebut sangat berdampak bagi masyarakat khususnya bagi mereka para perantau yang bekerja jauh dari kampung halamannya. 

Bahkan untuk sebagian orang, harga tiket pesawat dirasa sangat "mencekik leher" karena harga tiket pesawat untuk pulang pergi ke kampung halamannya saat Hari Raya Idul Fitri hampir senilai dengan penghasilan mereka sebulan. Kendati demikian, tetap saja permintaan akan tiket pesawat di penghujung Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mengalami peningkatan.

Kenaikan permintaan bahan pangan dan tiket pesawat menjadi salah satu penyumbang terbesar kenaikan inflasi selama Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri atau sekitar bulan April, Mei dan Juni 2019. Ketika permintaan meningkat dan penawaran masih tetap pada keadaan semula maka akan mengakibatkan terjadinya inflasi. 

Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada tahun 2019 sebesar 0,32% pada bulan Januari, -0,08% pada bulan Februari, 0,11% pada bulan Maret dan 0,44% pada bulan April. Bank Indonesia (BI) juga menilai kenaikan inflasi pada bulan April tersebut dikarenakan faktor musiman pengeluaran masyarakat menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri seperti bahan pangan dan tarif tiket pesawat. 

Bila dibandingkan dengan data BPS dua tahun lalu, inflasi untuk Ramadhan di bulan Mei 2018 sebesar 0,21% dan pada bulan Juni sebesar 0,59%. Sedangkan inflasi untuk Ramadhan di bulan Mei 2017 sebesar 0,39% dan pada bulan Juni sebesar 0,69%. Melihat data tersebut dapat kita perkirakan akan adanya potensi peningkatan inflasi pada bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri pada tahun 2019 ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline