"Sesungguhnya aku sangat terganggu dengan kehadiranmu, meski di dalam mimpi. Karena di dunia nyata toh kita sudah begitu jauh. Bahkan di dunia maya pun, media sosial, kita tidak saling mengikuti. Iya aku pernah jadi pengikut instagrammu, tapi toh akun itu kini telah hilang kan? Tentu saja karena kau hapus! Nyatanya memang kau sebegitu membatasi masa kinimu dari masa lalumu.
Lantas siapa yang perlu kusalahkan? Jelas kau tak meminta untuk hadir di mimpiku. Aku pun jelas, jangankan meminta, berharap memimpikanmu pun tidak. Meski memang beberapa hari lalu aku sempat menyinggung tentangmu kala aku dan teman seangkatan sekolahmu itu berbagi kabar melalui whatsapp.
Tapi setidaknya, seperti yang masih kuingat sebuah percakapan di mimpiku semalam, bahwa kau hanyalah idolaku. Seseorang yang pernah begitu menempel di otak dan hatiku saat sekoalah dulu. Tak lebih dari itu. Toh kini aku telah berkeluarga. Jangankan sekarang, bahkan dulu saja, aku tak pernah berharap kau untuk jadi pendampingku. Tentu, karena Tuhan kita yang berbeda. Dan aku pun sadar diri, bahwa kau memang terlalu jauh untuk kugapai. Hingga sekali lagi kusimpulkan, bahwa kau hanyalah idola. Seperti aku mengidolakan Fedi Nuril atau Michael Owen. Orang-orang yang pasti kuingat ulang tahunnya, kuucapkan di media sosialnya.
Namun karena kau bukan seterkenal itu, maka mungkin rasanya aneh jika kusebut kau idolaku. Meski yah memang begitu faktanya.
Aku memimpikanmu semalam. Tentang seorang fans yang mungkin ingin bertemu idolanya. Sebagaimana para Elf yang begitu bahagia menyaksikan Suju di ICE kemarin.
Atau apakah hatiku sudah jauh tertinggal bersama kenanganmu? Yang begitu dalamnya kukagumi kala itu. Yang begitu lepasnya aku bebas berekspresi ketika jatuh hati padamu. Masa sekolah yang cenderung lebih ringan.
Sesungguhnya aku sangat terganggu. Jangankan aku, kau pun mungkin juga risih jika tahu bahwa kau muncul di mimpiku. Tapi aku bisa apa? Toh aku juga tidak pesan untuk memimpikanmu. Atau jikapun kau melarangku untuk memimpikanmu, apakah bisa? Jika bisa, tolong lakukan. Aku juga tak berkenan memimpikanmu."
Hai Kompasianers, apa kesimpulanmu dari monolog di atas? Apakah mimpiku berarti aku masih meninggalkan hatiku pada masa laluku? Atau yahh itu hanya sekedar mimpi yang acak? Yok sharing! Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI