Lihat ke Halaman Asli

Muja Hidin

Mahasiswa universitas mulawarman

Mahasiswa, Kampus, dan Jalan Kepemimpinan Intelektual

Diperbarui: 19 September 2020   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi pribadi

Kampus sendiri sejatinya merupakan sebuah manifestasi yang harusnya kita tarik secara peran sebagai sebuah wadah bagi mahasiswa untuk mengembangkan fondasi karakternya. 

Pada hakikatnya hal yang paling mendasar dari peran kampus sendiri adalah bagaimana membentuk sebuah hal yang kita sebut sabagai kapasitas yang menunjung daya pikir seorang mahasiswa yang tidak lain adalah kapasitas intelektua.

Hal tersebut sangat tentunya sangat fundamental sekali karena sosok mahasiswa sendiri merupakan figure yang sangat identik dengan aktivitas-aktivitas yang kita sebut sebagai aktivitas intelektual.Maka sejatinya kampus adalah jalan yang sangat menentukan bagaimana seorang mahasiswa menuju proses tersebut.

Sebagai seorang intelektual di dalam kampus maupun seorang intelektual dalam konteks peranan dan fungsi sosialnya.Hal ini selaras dengan kutipan Antonio Gramsci yang mengutip bahwa "semua orang memiliki potensi untuk membentuk kesadaran intelektualnya, tapi tidak semua orang dapat dikatakan seorang intelektual dalam peran dan fungsi sosialnya".

Dalam hal saya ingin menarik bagaiamana peran kepemimpinan di ranah organisasi kemahasiwaan itu mampu membentuk kampus seabagai wadah atau bisa kita katakan sebagai organ intelektual yang mampu membentuk karakter intelektual mahasiswa-mahasiswa di dalamnya.

Dalam prosesi mewujudkan hal tersebut tentunya banyak hal, atau kepentingan yang juga menjadi sebuah hambatan untuk bagaimana menuju proses tersebut,dalam konteks hari ini kita melihat bahwa bentuk-bentuk mengikisnya dan terdegradasinya kultur-kultur intelektual dalam kampus itu sudah mulai terlihat sakali misalnya saja.

Aktivitas-aktivitas intelektual seperti keterbukaan akan kelompok mahasiswa dalam membangun budaya-budaya literasi dan berdiskusi di dalam kampus yang hari ini sudah mulai jarang terlihat, andai saja aktivitas-aktivitas semacam itu ada yg sangat kontras justru hanya lebih condong dikemas dalam bentuk program-program kerja saja.

Orientasinya hanya sebagai bentuk sebuah prosesi gugurnya kewajiban Lembaga atau oraganisasi-organisasi di dalam kampus dalam menjalankan program-program mereka .dalam hal ini kita melihat oraganisasi-organisasi kampus khususnya yang secara posisi itu berposisi sebagai organ internal kampus justru condong lebih pasif dalam menjalankan peran-peran tersebut.

Maka dalam hal ini menandakan bahwa internal oraganisasi kampus telah mengalami hal yang kita sebut sebagai kekosongan post-post kegiatan-kegiatan pembentukan kapasitas intelektual.

Hal ini tentunya di dasari pada aspek-aspek kultur kepemimpinan kampus maupun ideologi-ideologi kepemimpinan di dalam kampus yang telah mengalami pergeseran secara tujuan .

Saya maksudkan di sini adalah pergeseran  dalam aspek kepemimpinan di dalam kampus tidak lagi terlalu condong memakai yang kita sebut sebagai Gerakan intelektual (intellectual Movement) sebagai jalan politik kepemimpinan di dalam kampus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline